Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Februari 21, 2008

SAJAK KHAYAL


SAJAK KHAYAL

pernah sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak indah untukmu
walau terus ku cari dibalik cahaya sinar lampu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah juga sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak spesial untukmu
sampai harus ku cari kesemua penjual kerabu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah yang paling parah dalam khayalku
kau datang menagih semua sajak-sajak itu
keblingsatan aku harus mencari ditiap toko buku
sayangnya tetap tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

(19 februari 2008)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SAJAK KHAYAL [2]

dia tak pernah di undang kesini
tapi mengapa dia harus datang
selalu mengusik dengan bisikan
merinding rasanya

dia seakan ingin mengisi hari-hari
tapi tak tau apa yang diingininya
selalu mengharapkan ku nanti
dingin ungkapnya

dia singgah di tiap dingin malam
tapi tak pernah ku tentang maunya
selalu saja jangkrik jadi alasan klasik
cobalah ingatnya

dia tetap saja termangu di sudut tembok
tapi tak tampak kwan im disitu
selalu menatap bulat bulan purnama
mulai hangat katanya

dia mencoba memalingkan kearah jam
tapi hampir tak kuindahkan
selalu membuat butiran tetes di mata
hilang lah ia selamanya

1 komentar:

sandra palupi mengatakan...

Khayal, seringnya jadi penghancur yang nyata. Segalanya kan selalu nampak seperti yang sudah sudah karna kita selalu (hanya berani) berdiri di dalam khayal.