Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Februari 14, 2008

KASIH SAYANG

Semenjak dilahirkan hingga mungkin akhir hayat nanti, kita tidak akan pernah sekalipun terlepas dari namanya pelajaran yang amat berharga mengenai persoalan hidup menghadapi kematian, salah satu diantaranya mengenai materi kasih dan sayang, yang secara tutur sangat jarang sekali kata tersebut terpecah, selalu menyatu ibarat dua lobang hidung penghisap oksigen bebas. Walaupun materi tersebut tidak pernah ada di dalam salah satu mata kuliah wajib di kampus, namun secara manusiawi semua umat Adam akan mencoba menggunakan metode langsung maupun tidak langsung selalu mencari dan akan terus menerus mencari bagaimana hal itu bisa menjadi satu bidang ilmu wajib dipelajari di luar bangku kuliah.

Mungkin sampai dengan hari ini sudah banyak diantara kita semua yang hadir mengisi sesak permukaan bumi hingga kita patut di sebut sebagai mahluk berakal dan berhak atas tugas berat menjadi khalifah dimuka bumi dengan mengagung-agungkan bahkan belajar banyak dari ayah bunda yang selanjutnya akan dijadikan contoh suri tauladan mengenai persoalan kasih sayang ini. Memang benar, dosen berkepala botak dan mengkilap dengan muka masam penuh kegarangan akan ilmu yang dipahaminya tidak pernah mengerti apalagi mengajari mahasiswa maupun anak didik privatnya menyangkut persoalan itu.

Namun kalau diperhatikan lagi, sepertinya hal tersebut bukan lah salah dari bunda mengandung apalagi salah dari sang bapak yang lupa pakai sarung, tapi kesalahan ini sangat telak akan dijatuhkan kepada isi kepala si individu yang hidup layaknya seekor parasit diatas perut ikan hiu, terkadang membuat bingung sebutan apa yang pantas dijatuhkan; salah kaprah atau malah salah asuhankah sebutan yang pantas bagi mereka yang melakukan pembelajaran itu secara sendiri tanpa adanya satu batasan moral dan akidah jelas.

Sering kali pembelajaran itu hanya sebatas petualangan tanpa batas bagi borok-borok keluarga terhormat dari golongan ningrat yangmana tidak akan senang disebut keturunan dari primata tanpa busana yang kesehariannya berjalan menggelantungkan nafsu syahwat diujung keperkasaan minat. Tapi apa bedanya bagi mereka apabila hanya menggali ilmu itu dari satu tahapan yang tak lazim disingkap dengan kata-kata baku penuh makna.

Dengan ditetapkannya secara de facto maupun de jure bahwasannya minggu kedua di bulan kedua setiap tahunnya adalah hari kasih dan sayang sedunia, akan lebih memperkeruh lagi persoalan kasih sayang ini. Yang demikian inilah akan menjadikan halalnya suatu perbuatan tabu masa lampau untuk diulangi lagi oleh para pencinta mahluk berparas molek.

Tidak tahu siapa yang menetapkan hari itu adalah hari awalnya atau lahirnya atau malah hari hancurnya kasih sayang, walaupun sudah banyak versi cerita dari congor-congor tak bertanggung jawab melafazkan ihwal lahirnya hari-hari indah katanya.

Sebagian kita tidak akan menolak apabila diberikan suatu cerita mengenai manisnya percintaan antara romeo dan juliet, indahnya romi dan yuli dalam berpelukan, bahkan bagaimana usaha bagi pangki suwito menalukkan yati octavia hingga harus berebut wanita dengan pacarnya kala itu.

Apakah pernah kita memperhatikan lagi bahwa kasih-sayang dan cinta itu tidak lah indah, melainkan hanya permainan alam saja, bukan semata-mata kesemuanya hadir saat dua insan saling mengikat janji, hingga menghilangkan kalau ada alasan ketiga menyertainya.

Fenomena ini tidak akan putus sampai disini, tapi ini akan terus berlanjut dan terus berkembang hingga bumi ini terbelah dan terpecah-pecah menjadi keping-kepingan menyilaukan mata. Hingga pernah suatu ketika Embah ku berkata hadapi yang didepanmu dengan kucuran air mata bukan dengan kerasnya engkau terbahak.

Atas nama keluarga besar djoko soetrisno bin soepardjan mengucapkan
'selamat hari valentine 14 februari 2008, semoga saja di hari ini kita semua semakin bisa mengerti apa arti dari kasih dan sayang secara sebenar-benarnya'

Tidak ada komentar: