Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Mei 22, 2008

SAMA MENANTI




SAMA MENANTI

dari sini,
ku lambaikan tanganku,
agar semua tahu
kalau kita saling tahu,
dari sini,
ku jejakkan langkah kakiku,
agar semua tahu
kalau kita masih bersepatu,
dari sini,
ku pertaruhkan harap ibuku,
agar semua tahu
kalau kita masih ber ibu,
dari sini,
ku perlihatkan sadarku,
agar semua tahu
kalau kita masih bermimpi,

hari ini,
sedihku kian menggunung,
menyaksikan daun-daun hijau
merontokkan diri dihadapan
batang-batang sombong tak berkepala,
mengalah pada ulat-ulat
penghisap getah,
menundukkan kasih terhadap
dua sisi bergambar,
mengokohkan diri dibalik
rerimbunan daun-daun hijau,

aku tidak sendiri,
semua merasa sama,
kita semua sama,
menanti, menunggu,
berharap, akan menghadap
tanah penuh sampah.

(jakarta, 22 mei 2008)

Jumat, Mei 16, 2008

KEKASIHKU


KEKASIHKU

kekasihku,
hari ini aku harus menemuimu,
rinduku telah menyerang di ubun-ubun
kepala yang paling aku banggakan,
sampai-sampai aku lupa,
kapan aku mendapatkan kepala ini.

kekasihku,
ingatkah engkau,
betapa dulu aku begitu mencintaimu,
memujamu, membanggakanmu diatas segalanya,
aku telah tolak semua, demi siapa?
ya, hanya demi cintaku padamu.

wahai,
lihatlah, sudah berapa banyak
tanda dijidatku ini membuktikan cinta,
tiga puluh empat kali sehari
kepala ini harus menyapu lantai,
tanpa mengeluh, tanpa mengaduh.

maaf kekasihku,
hari itu aku telah berpaling,
bukan, bukan, bukan demi cinta lain,
jangan kau berpikir aku meninggalkanmu

aku pun tak tahu mengapa,
mungkin sedikit keraguan itu
yang menghantui alam sadarku,
tak pernah ku tatap wajahmu
hanya bayang-bayang yang tampil.

hari ini,
aku tak peduli dengan itu,
aku harus menemui,
telah ku siapkan sajak-sajak indah
hanya untukmu.

tapi,
apa kau masih bersedia
menerima ku kembali
kekasihku.

(jakarta, 16 mei 2008)

Kamis, Mei 08, 2008

LAGI


LAGI

akhirnya tiba masa
dimana aku harus
bertatap cermin
mari!

ku nantikan engkau
t'lah lama,
sebelum hari ini
tiba, mari!

lima mili saja
jarak kita
aku hampir menyentuhmu
mari!

aku pandang matamu
pun, kau demikian
kini aku, bukanlah aku
mari!

risau ku kini
bukan risau mu dulu
sudah berkarat tebal
mari!

katakan padaku
mau mu, maka
ku katakan mauku
mari!

tapi, masih sama
diammu menambah
risauku, besok, lagi
mari!

(jakarta, 08 Mei 2008)

Kamis, Mei 01, 2008

GERAM


GERAM

rindu merayap, menyapu sudut kelam
tika bintang berkata:
"temui aku wahai mentari"
gelisah memaksa
menjawab sendu
tanpa tahu
pergi? ataukah berlalu

tapi, kekeh sabit
menyipit pandang
seolah mengerti, arti hampa
mengusik risau ruang ratap
dan, lipatan-lipatan kecilnya
rusak sudah termakan malam
hancur lebur bersama
kononnya, seandainya

maaf....
wahai maaf,
mengapa gelap-terang
tak sanggup bertandang

ku tunggu engkau margin senja
apakah maghrib tak berdosa?

(04 mei 2008)