Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Minggu, November 23, 2008

RAHASIA LANGIT

Bukan pertanyaan mesti terlontar. Ketika kejenuhan menyapa bagian pribadi cucu-cucu adam ini. Tiap keluh kesah blangsak dalam otak bukan dalam rasa baru.
Apa yang kau cari bunda. Ketika teriakan histeris keluar dari mulut wanita-wanita pencinta boyband. Menyentuh hati kah? atau menyentuh kemaluan? Sedikit rahasia selalu menjadi kebanggaan bukan? Tapi bunda terlalu banyak bicara. Akal ku tak mampu berkata langit. Karena langit milik tuhan, begitu juga aku, kamu, dia. apalagi barack obama.
Biarkan kehampaan menyertai himpitan kekosongan. Jangan dibantah lagi. Stop. hentikan pencarian pintu langit menuju tuhanmu. Yang aku tahu, semua bertuhan kepada hasrat keingintahuan pemecah nafsu. Sedang, tarik nafas kehidupan jibril tak pernah terpikir bagi kita, bukan?. Sebab, betapa berat tugas yang disandangnya. Lalu betapa tegar sosok jibril dimana?
Bagaimana dengan Ridwan? pribadi penuh keindahan, idola ibu-ibu muslimah apalagi perawan-perawan pencinta al-kitab. Walau di blok seberang, berdiri kokoh gerbang dengan penjaga sangar berangasan.
Ya. Malik. Tokoh yang begitu amat sangat dihindari keturunan Adam. Walau aku menganggapnya pembunuhan karakter sang penjaga gerbang.
Lalu. Kemana langkah kaki pencari tuhan harus berjalan? Bukankah tak ada pertanyaan lagi?
Selagi tuhan sibuk menyusun tumpukan skenario hati hambanya. Selalu saja perkara mencari tahu pintu langit masih tercecer jauh. Dengan anggapan. Aku Punya Kuncinya!!!
Betapa indah angan-angan itu. Baiknya aku kembali kanak-kanak. Merasai tiap detik yang penuh harga. Menjiwai tiap kata yang masuk telinga. Menikmati bunga kecil dihadapan mata. Mengangani menjadi dewasa.
Dan sekarang, waktu telah dengan lancang menggerogoti angka-angka almanak. Menambah nominal ketuaan diri diantara kekosongan menyerupai kegosongan bara. Begitupun langit. Tetaplah langit. Penuh rahasia. Biarkan ia tertutup. Karena itu rahasia. Bukan wacana. Tak kan ada rahasia bila semua berkata: "Aku pun pernah tahu rahasia itu".

Senin, Oktober 27, 2008

AKU KATAKAN INI PROSES


AKU KATAKAN INI PROSES

aku katakan ini proses
ketika sajak ku hilang terawang
kata-kata ku jauh menerbang
apalagi puisiku, mengambang

aku katakan ini proses
saat bait ku dirampas tuhan
huruf-huruf ku kian tertahan
apalagi rimaku, rawan

aku katakan ini proses
walau tiap huruf kata-kataku
tak mampu terlintas

aku katakan ini proses
walau tiap bait sajak-sajakku
tak pernah menjelas

aku katakan ini proses
walau tiap rima puisi-puisiku
tak sempat berbalas

semua terkurung tak terketuk
lama sudah didalam hampa
akhirnya aku katakan ini proses

(palembang, 25 oktober 2008)

LARA LANGIT


LARA LANGIT

tahun-tahun mengering
kian detik t'rasa samar
daun enggan menguning
menatap makin nanar
duka ini
jelas tanpa ruang
maha dalam
sekilas sesak
bertabur mimpi kadang
disana
tuan gagah berpangku tangan
pandangan jauh meniti savana
bukan itu harap tampakan
raut brahma lah tuntutan
titik biru niat
semua telah hilang
cari mencari atap tuhan
antara bulir-bulir nista
tumpukan pecahan karya
disini kami kuat kumpulkan
risau bunda risau dunia

(palembang, 25 oktober 2008)

Kamis, Agustus 07, 2008

AKU PERGI


AKU PERGI

kembang ungu mendelik syahdu,
berharap kasih pada ibu,
gugur satu menderap seribu,
ucapkan kata gaya melayu,
ini bukan sajak baru,
terangkan acak semerawut
di sapu debu,
ragu melaju,
takut menunggu,
detikku menanti,
waktuku meniti,
cari arti di tiap ruang,
kosong,
hampa,
hanya angin,
ya... hanya angin,
mendesir,
mengalir,
betapa indah kenangan itu,
selamat datang,
selamat tinggal,
aku pergi

(palembang, 4 Agustus 2008)


Selasa, Juli 29, 2008

PERJALANAN


PERJALANAN

kian hari mengendap malam,
lihatlah, di ujung sana!
panjang jalan terbentang,
apa harus ku tempuh langitku?

rintang tegak berbunga merah
mengabur sudah,
patahkan tubuh ini,
biar semua jelas tanpa warna,

titik titik awal!
ya hanya itu saja,
tidak lebih,

kesempatan,
di mana?
lelah aku rapuh,
rindu lapang di tinggal kenang,
apa harus ku tempuh langitku?

(jakarta, 29 Juli 2008)

Kamis, Juli 24, 2008

GAGAL


GAGAL

ingat waktu itu,
aku menari-nari dibawah terik pagi,
berlari mengitari taman sunyi
bersamamu, ya bersama mu.

betapa indah bukan?
langit biru,
pipit merdu,
pohon randu,
bunga malu,

kau merasa itu?
ya, akupun sepertimu.

aku ingin kembali bertemu,
merasai sejenak dekapan hangat,
menikmati indah senyum berkilat,
didekatmu, ya didekatmu.

ingat waktu itu,
tak ada badai sayang,
hanya gerai gerimis menggelayut tipis
aku maju menentang rembulan malam,
berharap membawakan sayap mentari
untukmu, ya untukmu

dan,
kau hilang,
aku hilang
kita hilang,
hilang,
ya, jauh menghilang sayang

sampai hari ini tiba
aku datang, aku bermimpi,
tanpamu, tanpaku, tanpa kita.

(jakarta, 24 juli 2008)

Sabtu, Juli 12, 2008

PELACUR MASA


PELACUR MASA

gerak rangkap pejalan gelap
melangkah pelan ditengah jalan
bertukar mata bertukar muka
mencari sendang di pinggir gelanggang

lewat jalan sempit tanpa tuan
di semilir angin menyambut malam
ku tajam kan pandangan
terasa dingin kian mengeram

lagu cinta irama duka
menggali makna tiap masa
ini bukan bayang terang
walau asa tinggal bukan ajal

di antara karat jeruji
terdengar sadis memecah sunyi
mentari di atas sajadah suci
masih tegar menarik ku kesini

menari-nari
jalan sunyi
kembali lagi
pelacur mimpi

(jakarta, 12 juli 2008)

Jumat, Juli 11, 2008

KAU DATANG AKU PERGI


KAU DATANG AKU PERGI

rentak irama lagu tua,
masih menjajakan rasa sama,
tak ku tawar masa kita,

maaf,
kerning ku tlah terpasang,
tegak menjulang,

tegas,
terbawa angan tanpa batas,

hujam, hujam,
jangan berkata lagi,
cukup matamu,
kucing kuburan pernah menatapku,
persis seperti itu,

cepat bunuh aku,
cepat,
jangan timang-timang lagi,
pastikan ia menancap,

tepat disitu,
ya... disitu,
matikan sinar cinta itu
biarkan aku tenang tanpa mu

(jakarta, 11 juli 2008)

Minggu, Juni 29, 2008

KECEWA KU KINI




KECEWA KU KINI

genderang perang bertalu
lepas zulfikar memburu
musuh tampak, musuh silap
tersedak liur kerongkongan

desir merah mengalir kencang
bersatu kaki depan belakang
memacu gerak,

lompat,
loncat,
karang tak pecah

maju ke depan,
toleh belakang,
genderang perang bertalu
lepas zulfikar memburu

(jakarta, 29 Juni 2008)

Jumat, Juni 20, 2008

SANGKAR


PULANG

tapi engkau bukan lagi bintang cahya,
engkau kerap berkerut,
redup sayu diantara mega
harap rapuh di dada pejalan kaki.
sibakan tabir buah ratap,
akan menebak titik sinar,
terus benderang,
ah, dada yang terluka, meradang,
pulang kebelakang.

(jakarta, 20 Juni 2008)


PILIH


PILIH

sesampai 'ku di persimpangan redup,
tempat pertautan malam siang,
tampak kerling di antara gemerlap,
mengajak memilih dua tiga tikungan,
mengarah kejalan sampah
atau berderap di pasir tinja,
tak 'ku temui panah kiri kanan,
tungkai lemah, dengar mendengar,
orang bicara isteri-anak,
lainnya berdebat politik,
di sebagian kecil berbisik lapar,
dan aku masih berdiri dipersimpangan,
menanti dinda tukar pakaian,
karna sandung menyandung bukan lagi agama

(20 Juni 2008)

Selasa, Juni 17, 2008

DONGENG


DONGENG

bercerita dahan kepada bunga

betapa indahnya hal ikhwal tumbuhnya buah
manis asam tiap bayi yang dilahirkannya
hingga teriakan sakit termakan malam

mendayu angin berkelebatan

mencari sela diantara kesejukan

bagai singa mengitari mangsa
yang mengincar rusa gering

tanpa suara tanpa bahasa,
ternyata akar yang bersembunyi
ikut mendengarkan dengan khusyuk
walau ia harus menahan berat pijakan pohon

dongengnya belum usai
tapi telah mencapai titik yang paling berbahaya
perkara getah yang mengering
di kulit bapak pohon angkuh

saking asiknya, dahan tak lagi merasa
kalau encoknya telah menjalar
ke tiap sumsum kambiumnya
"kraaak!" patahlah ia

seperti menonton dagelan jawa kuno
daun-daun kuning terkekeh menyaksikan semua
sampai-sampai ia harus beterbangan terbawa angin
menemani untaian-untaian dahan di tanah tuhan

bunga terus menatap gelisah
kepergian dahan ke ranah orang,

karna tahu kalau dongeng belum usai
"lalu, kapan buah mematahkan tungkai?"


(jakarta, 17 juni 2008)

AKU LAGI PAYAH

Sudah hampir satu bulan ini aku merasakan susah sekali menuangkan segala sesuatu ke dalam rangkaian kata-kata berrima. Mungkinkah aku memang tak berbakat dibidang ini? Ataukah kemampuan ku menuangkan keadaan ke dalam sebuah sajak telah ditarik yang maha Esa?

Baku hantam di dalam kepala ini terasa sampai degub-degub jantung. Bagaimana tidak, aku merasa mandul-tak berkarya-dari itu semua. Sudah berbagai macam cara di coba agar semua bisa kembali normal seperti sebelumnya. Tapi, hasilnya tetap saja gagal. Sajak ku banyak yang gagal. Tidak berasa dan aku buang.

Yah...., sepertinya aku harus banyak membaca dan belajar lagi dari kawan-kawan yang berstatus seniman, seraya mengulas lagi kata-kata yang pernah tercetak dari jari-jari kurus ini.


-------------------------------------------------------
KERTAS PUTIH

kertas putih ini telah bernoda
ada yang hitam
ada pula yang berwarna merah
belepotan tak berbentuk

aku hampir menyesal
tapi, bisa apa aku ini?
karna sekarang,
kertas putih itu telah bernoda
belepotan tak berbentuk

aku ingin kertas putihku kembali
aku ingin membuat coretan
di tiap lembar kertasku
tapi, kertas putih itu telah bernoda
belepotan tak berbentuk lagi

(jakarta, 17 juni 2008)


Kamis, Mei 22, 2008

SAMA MENANTI




SAMA MENANTI

dari sini,
ku lambaikan tanganku,
agar semua tahu
kalau kita saling tahu,
dari sini,
ku jejakkan langkah kakiku,
agar semua tahu
kalau kita masih bersepatu,
dari sini,
ku pertaruhkan harap ibuku,
agar semua tahu
kalau kita masih ber ibu,
dari sini,
ku perlihatkan sadarku,
agar semua tahu
kalau kita masih bermimpi,

hari ini,
sedihku kian menggunung,
menyaksikan daun-daun hijau
merontokkan diri dihadapan
batang-batang sombong tak berkepala,
mengalah pada ulat-ulat
penghisap getah,
menundukkan kasih terhadap
dua sisi bergambar,
mengokohkan diri dibalik
rerimbunan daun-daun hijau,

aku tidak sendiri,
semua merasa sama,
kita semua sama,
menanti, menunggu,
berharap, akan menghadap
tanah penuh sampah.

(jakarta, 22 mei 2008)

Jumat, Mei 16, 2008

KEKASIHKU


KEKASIHKU

kekasihku,
hari ini aku harus menemuimu,
rinduku telah menyerang di ubun-ubun
kepala yang paling aku banggakan,
sampai-sampai aku lupa,
kapan aku mendapatkan kepala ini.

kekasihku,
ingatkah engkau,
betapa dulu aku begitu mencintaimu,
memujamu, membanggakanmu diatas segalanya,
aku telah tolak semua, demi siapa?
ya, hanya demi cintaku padamu.

wahai,
lihatlah, sudah berapa banyak
tanda dijidatku ini membuktikan cinta,
tiga puluh empat kali sehari
kepala ini harus menyapu lantai,
tanpa mengeluh, tanpa mengaduh.

maaf kekasihku,
hari itu aku telah berpaling,
bukan, bukan, bukan demi cinta lain,
jangan kau berpikir aku meninggalkanmu

aku pun tak tahu mengapa,
mungkin sedikit keraguan itu
yang menghantui alam sadarku,
tak pernah ku tatap wajahmu
hanya bayang-bayang yang tampil.

hari ini,
aku tak peduli dengan itu,
aku harus menemui,
telah ku siapkan sajak-sajak indah
hanya untukmu.

tapi,
apa kau masih bersedia
menerima ku kembali
kekasihku.

(jakarta, 16 mei 2008)

Kamis, Mei 08, 2008

LAGI


LAGI

akhirnya tiba masa
dimana aku harus
bertatap cermin
mari!

ku nantikan engkau
t'lah lama,
sebelum hari ini
tiba, mari!

lima mili saja
jarak kita
aku hampir menyentuhmu
mari!

aku pandang matamu
pun, kau demikian
kini aku, bukanlah aku
mari!

risau ku kini
bukan risau mu dulu
sudah berkarat tebal
mari!

katakan padaku
mau mu, maka
ku katakan mauku
mari!

tapi, masih sama
diammu menambah
risauku, besok, lagi
mari!

(jakarta, 08 Mei 2008)

Kamis, Mei 01, 2008

GERAM


GERAM

rindu merayap, menyapu sudut kelam
tika bintang berkata:
"temui aku wahai mentari"
gelisah memaksa
menjawab sendu
tanpa tahu
pergi? ataukah berlalu

tapi, kekeh sabit
menyipit pandang
seolah mengerti, arti hampa
mengusik risau ruang ratap
dan, lipatan-lipatan kecilnya
rusak sudah termakan malam
hancur lebur bersama
kononnya, seandainya

maaf....
wahai maaf,
mengapa gelap-terang
tak sanggup bertandang

ku tunggu engkau margin senja
apakah maghrib tak berdosa?

(04 mei 2008)


Kamis, April 24, 2008

SPLENDOR VERITATIS




SPLENDOR VERITATIS


kami hanyalah penopang tiap ambisi
menikmati mudahnya mereka memanjat
memandang sendu kibaran bendera megah
tapi kami masih tetap sebagai syarat

menganggap dirinya khalifah
maju berjalan mendongakkan kepala
tawar menawar harga nasib tiap kepala
hingga dirasanya tuhan itu tak ada

tengoklah,
kultur dijadikan kunci mati budaya
dan rasnya dianggap kuat unggulan utama
hilang sudah malu mencerca kata-kata mulia
karena paksa memaksa semakin indah menggema

menuntut tak ada suara
meminta jatah menjadi iba
dibuatnya kami tak tega
"maklum, karena kita masih muda"

(15 april 2008)

Sabtu, April 19, 2008

BAPAK



Betapa Aku Sangat Mengecewakan Bapak

pagi itu dengan mata yang berkaca-kaca
tampak raut harap tak terbendung dimuka bapak
dibolak-baliknya setiap halaman koran
mencari satu persatu diantara urutan nama

dengan kacamata minusnya ia menelusuri
setiap abjad huruf dan angka, tak ada yang terlewat
layaknya mencari jarum ditumpukkan jerami
lalu digerakkan melingkar pena ditangannya

tapi, itu tidak membuatnya berhenti mencari
malah semakin bersemangat lagi ia mencari
diantara ribuan nama yang tercetak disitu
ini untuk keempat kalinya ia baca koran yang sama

tanpa sadar eluhnya semakin keras
semakin keras ia mencari
semakin terlihat kepanikannya
semuanya nihil tanpa hasil

hingga akhirnya dihempaskan koran itu
hilanglah sudah mimik muka penuh semangat tadi
kini semua telah berganti dengan muka kecut masam
penuh penyesalan akan kehilangan harap

sembari mengisap rokok filter kesukaannya
duduklah ia diantara ceceran kertas-kertas koran tadi
matanya menerawang kosong, jauh entah kemana
melamunkan harapnya yang lenyap pagi itu

ternyata koran terbitan dua hari lalu itu
telah membuat hancur harapan bapak
memang itu kesalahan ku
bukan kesalahan bapak

walau aku punya alasan mengapa aku tidak diterima
harusnya aku yang menyesal, bukannya bapak
tapi tetap saja tak tega aku melihatnya
betapa aku sangat mengecewakan bapak

(18 April 2008)

Kamis, April 10, 2008

AYO KAWAN


AYO KAWAN

mereka mengeluh persoalan perut
sama, aku pun demikian
tau akan perihnya lapar
begitu juga dia

tapi bukan dengan cara diam
bersembunyi diantara ketiak kawan
majulah beriringan, biar engkau tahu
apa itu berjuang, kawan
pun biar dia tau apa itu perjuangan

kita menarik hak kita
bukan mencuri hak kita
kita hanya mempertahankan lumbung kita
bukannya ingin membakar ladang kita

aku yakin dia tahu apa yang kita ingin
hanya saja telinganya sudah tebal
dibisiki setan-setan penjilat pantat
tak ada kata yang bisa ia dengar, sepertinya

ayolah....
aku bukan ingin mempengaruhi mu
aku hanya ingin memperlihatkan apa itu hak
aku pun ingin mempertontonkan pengambilalihan hak kita
mana sambutan mu, kawan?

bagaimana aku bisa menuntut
kalau aku harus mencari tahu sendiri
bercerai berai, bergerak sendiri-sendiri
tak ada rasa persatuan satu sama lain

aku belum layak mati anjing, kawan
biarkan aku beri pelajaran kepadanya
tapi aku butuh dukungan mu, kawan
mari kita tantang resiko itu bersama

(jakarta, 10 april 2008)

Kamis, April 03, 2008

KODRATMU BUNDA


KODRATMU BUNDA?


bunda...
apa yang kau cari bunda?
tak cukupkah semua yang kau terima
biarlah aku urus semuanya
tak perlu kau bertangis peluh seperti itu
kodratmu cukup dicinta dan disayangi saja
bukan disetubuhi cemeti panas itu
berikanlah tuntutan itu padaku
sudah, jangan lagi kau ucapkan sendiri
sangat hina rasanya
kata-kata itu keluar dari mulut manismu
apakah aku tak layak menyuarakannya?
hingga kau harus berkoar sendiri?
cukuplah sudah kau permalukan aku
jangan kau tambah lagi rasa malu ku bunda
aku tak tahu apa suami mu dibalik semua ini
bersemedi dibalik cadar dan abayamu
kembalilah bunda
sayangilah aku bunda
aku butuh belaian halusmu
bunda.....

(jakarta, 03 maret 2008)


Minggu, Maret 30, 2008

CERITA DINI HARI


CERITA DINI HARI


malam ini, ketika mentari malu bersinar
aku datang ke ribaanmu, melalui terpaan angin dingin
melalui guliran titik-titik embun basah
aku berjalan menghampirimu

saat semua mulai berkeluh kesah
meratapi hidup yang hilang arah
aku tetap sabar menanti sapaanmu
datanglah padaku, jangan ragu merayap sayang

aku ingin tahu apa yang kau rasa
beri tahu aku nyanyian melo itu
lemparkan semua isi di benak mu
biarkan sabar hanya untuk ku

lewat tengah malam, aku kembali datang padamu
kau tumpahkan semua kehampaan asa
tak sadar kau sudah membicarakan risau
takut akan hidup abadi, kekal selamanya

bagai nina bobo bagi sikecil
pulasmu semakin menjelentikkan kekakuan
mencoba terus menusuk iba ku
mengajak ikut serta dalam perangmu

akhirnya fajar pun menampar mentari
dipaksanya ia muncul melalui sela jendela
tanpa undangan ia mengusik alam sadar
igauanmu masih terus teriang ditelinga kiri

hidup adalah soal keberanian sayang
aku harus menempuh rintangan perjalanan panjang
biarlah aku cerna dulu kenangan-kenangan dan harapan-harapan itu
bersama kabut pagi menanti datangnya bidadari
menarik ku dari hidup yang biru

(jakarta, 30 maret 2008)




Kamis, Maret 27, 2008

PENJARA WAKTU

Dua puluh empat tahun sudah genap usia ku tiga hari yang lewat. Sangat terasa memang, tapi kesemuanya serasa berlalu secara kencang, cepat dan deras, hingga aku sendiri tidak terlalu dihebohkan dengan datangnya hari itu. Ucapan selamat hari lahir, milad, bahkan happy birthday pun berdatangan, baik itu melalui pesan singkat di handphone maupun melalui kotak surat elektronik. Siapa-siapa orang yang mengirimkan itu pun aku sudah tahu dan kenal cukup lama, walau sebagian dari pengirim melalui electronic mail tak pernah bertatap muka secara langsung dengan ku, tapi tetap aku merasa sudah cukup mengenalnya.

"Hari bahagia, hari yang penuh makna" mungkin itu lah kalimat tersering yang aku dengar dari lantunan syair-syair indah yang pernah dilantunkan oleh pelantun suara indah, untuk menyampaikan antusiasme terhadap satu momen untuk memperingati hari yang selalu ditunggu setiap tahun oleh sebagian besar manusia penghuni tanah bulat ini.

Sempat terbersit juga memang, mungkin di saat bersamaan juga ada orang atau mahluk di dunia bagian lain yang juga menanti atau mengharapkan datangnya hari itu, mungkin karena di hari itu ia akan mendapatkan lotre, atau menantikan kedatangan hadiah undian dari salah satu bank, atau malah ada yang bertolak belakang dengan mereka hingga sangat membenci akan datang hari itu. Yah.... pikiran ku kembali melayang, berbagai khayalan pun melambung menikmati hasil karya ilahi yang selalu diklaim sebagai produk terpuji dan sangat berharga di antara sekian banyak karya yang sudah di hasilkan sang pencipta.

Sampai pada akhirnya aku pun melihat testi dari salah seorang teman 'maya' yang isinya:

Harimu terus berjalan kawan
Umurmu terus berkurang tak tertahan
Takdir terkadang tak terbantahkan
Namun hidup kan terus berjalan

Bon anniversaire... Moga bisa terus berkarya, makin dewasa dalam hidup dan dalam iman.

Disini aku seakan-akan dipaksa untuk berpikir keras. Mencerna makna yang tersimpul di antara untaian kata-kata singkat itu.

'Harimu terus berjalan kawan'
aku terus termangu menatap rangkaian kata itu, apakah benar aku telah melalui jalan yang panjang menapaki gang paling terkenal bernama hari-hari [waktu]. Aku merasa sepertinya singkat saja aku melewati masa-masa dimana aku tidur dipangkuan ibu ku, dengan sapuan tangan kasar namun penuh kasih itu mengusap rambutku. AH..... ternyata itu sudah lama terjadi, tampaknya masa itu tak akan kembali lagi.

' Umurmu terus berkurang tak tertahan'
Disini merasa sangat terpukul dengan untaian kata itu, bagaimana tidak, bukannya hari itu digit angka di badan ku bertambah?. Kok, malah ia katakan kalau umurku semakin berkurang, Ah.... tampaknya ada lagi orang yang kembali menakut-nakuti ku mengenai persoalan pengakhiran hidup.

' Takdir terkadang tak terbantahkan'
Iya memang aku sangat meyakini akan adanya takdir, terus... maksudnya 'tak terbantahkan' itu maksudnya apa? Aku hanya melihat takdir ku ini aku lalui, aku jalani, dan aku nikmati, tanpa ada penyesalan. Lalu takdir seperti apa yang dimaksudkannya itu. Sepertinya ia ingin terus menakut-nakuti ku dengan bahasa tuhan lagi.

' Namun hidup kan terus berjalan'
Jelas aku akan hadapi itu, aku bukan orang yang stagnan atau statis, berdiam diri menunggu nasi datang dihadapan mulut busuk ku, kesemuanya telah aku lalui sampai dengan hari itu datang. Tak ada yang aneh, dengan adanya tekad dan semangat berkobar didalam dada sesak yang talah penuh dengan asap rokok ini, aku tetap harus menjalankan misi pencarian ku yang belum terselesaikan. Terjawabkah?

' Bon anniversaire...'
yang ini aku tidak mengerti maksudnya apa, tapi yang jelas ini seperti ucapan 'happy anniversary' aku rasa. Tidak ada yang harus diselamatkan atas diriku, atau jangan-jangan ini suatu pengucapan agar aku terus bisa menjaga kesalamatan orang lain. Tapi tetap ini hanya dugaan subyektif ku saja.

'Moga bisa terus berkarya, makin dewasa dalam hidup dan dalam iman.'
Kalimat pertama sebelum tanda koma (,) itu sangat aku hargai, aku akan terus berkarya dalam bentuk apapun sebagai perwujudan dari apa yang aku cari. Namun kalimat kedua sebelum diakhiri tanda titik (.) itu, apa pula maksudnya. Dengan nominal angka yang telah aku kantongi sekarang ini, apa belum bisa mempertontonkan kalau aku ini sudah mencapai fase orang dewasa dalam hidup, sudah berbagai macam penerimaan aku rasakan dalam hidup, dan dengan keyakinan reliji ku sekarang, aku rasa itu juga masih tetap masuk dalam satu buku misi ku sekarang, kan?


Walau demikian tetap saja secara keseluruhan aku sangat layak berbangga hati bisa mendapatkan teman, walaupun ia tidak bisa mengirimkan hadiah berupa benda atau juga bunga, tapi dengan mengirimkan rangkaian kata-kata itu aku merasa masih ada orang yang mampu meluangkan waktunya untuk berpikir sejenak kemudian mengetukkan kesepuluh jarinya diatas keyboard agar terciptanya untaian kata-kata indah. Akhirnya dengan tulus ikhlas dan dengan penuh penghormatan tertinggi diatas kepala Hitler aku ucapkan 'TERIMA KASIH' kepada yang mengirimkan kado terindah itu.

"Selamat Ulang Tahun, Selamat Hari Lahir, Selamat Hari Raya, Selamat Hari Peringatan, Selamat atas Pertambahan Umur, Selamat atas Perolehan Angka Baru,
Selamat Datang di Gerbang Baru, Selamat Menikmati Hidup di Grade yang Baru."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

APAKAH MASIH ADA YANG HARUS BERTANYA LAGI

apakah masih ada yang harus bertanya lagi

di saat semua sudah tersinar pagi
tak ada yang bisa terganti dihari ini
sinar hitam pekat berlari tanpa henti-henti
mengejar semua isi perut bumi
tak ada yang bicara persoalan ganti rugi
sepertinya ibu suri masih tetap terlelap akan kata-kata berani

apakah masih ada yang harus bertanya lagi
sekembali ia mencari bunyi perkusi di negeri sehari
akankah ia pergi mencari jangkrik-jangkrik bernyanyi di pinggir kali
walaupun tak pernah sekalipun ia jingkrat-jingkrat menari seudati
tapi hanya tampak dari muka yang berseri tanpa harapan pasti ini
sangat jelaslah sudah, semua sudah tak ada arti bagi dirinya sendiri
pengejarannya telah sampai di titik terperih hari ini
hingga di hari pengakuan pun tak pernah ia hadir disini

apakah masih ada yang harus bertanya lagi
kemana aku semalaman tak berada disini
aku mencari semua yang pernah dicuri
sakit gigi, sakit hati, sakit rasanya berada disini
tak pernah aku pergi berlari dari perkara mati
malah aku sering menantang apa itu kekal abadi
aku cari semua yang menginjak bumi
untuk bersama berlari mencari hidup abadi
terhindar dari semua pencuri hak dan harga diri
teriakanlah.......
temani aku jangan biarkan aku sendiri
aku hanya ingin mempertontonkan apa itu hati nurani

(jakarta, 27 maret 2008)


Kamis, Maret 13, 2008

WARUNG KOPI YANG GAGAL

Seperti yang pernah aku ungkapkan sebelumnya bahwasannya akan semakin banyak tema dan bahasan dalam obrolan warung kopi di saat aku harus melepas lelah dari rutinitas. Sangat nyata benar, kalau kebosanan telah merasuki bukan hanya ke dalam darah, tapi telah mencapai puncak stressing paling tinggi di dalam otak kecil paling belakang, yang terkadang membuat ku sedikit merasa pusing kejenuhan.

Di setiap perbincangan bersama orang-orang selalu saja tidak bisa dijadikan tumpuan pencari solusi terbaik, tapi malah memancing persoalan-persoalan baru yang juga mau tidak mau aku pun dengan keterpaksaan harus nimbrung untuk mengikuti alur cerita itu. Tambah mumet. Walau aku tahu obrolan yang dilancarkan bukan obrolan terbaru, hanya saja kosa kata dan pemilihan bahasanya saja yang terdengar baru, tapi kesemuanya itu sebenarnya sangat lama sekali sudah pernah diperbincangkan di setiap sudut, terkadang aku pun sempat dilanda rasa bosan untuk memperbincangkannya lagi. Bukan persoalan tema atau apa yang menjadi persoalannya yang membuat ku bosan, tapi jalan keluar nya yang selalu mentok di jalan buntu lah yang menjadi topik itu selalu menjadi garing.

Obrolan warung kopi memang tidak lah buruk adanya, hanya saja akhir-akhir ini seperti tidak memiliki visi yang jelas, ada yang bicara yang lain mendengar, terus ada usaha dari lawan bicara menanggapi kemudian semua diam. Layaknya orang-orang yang sedang mengeluarkan unek-uneknya saja tidak lebih, malah semakin hari semakin tidak menarik aku rasakan.

Tidak ada aroma menyengat lagi dari obrolan-obrolan itu sekarang. Tidak seperti dulu, semua sepertinya telah larut didalam usaha untuk mengeluarkan diri dari masalah dengan cara masing-masing. Sampai-sampai untuk mengeluarkan kata-kata berisikan guyon pun tampaknya sudah mulai berkurang, apakah ini kontraksi dari salah satu segmen proses ekskresi pencernaan bermasalah. Yang terdengar hanya kotoran-kotoran saja.

Semua telah di rundung persoalan yang sama, kebosanan dan tanpa harapan. Berharap tapi tidak tahu apa yang diharapkan, bertahan pun tidak tahu apa yang mesti dipertahankan. Akankah aku mengajak semua untuk bertapa didalam kejenuhan tanpa dasar berpola. Aku rasa tidak perlu.

Mungkinkah ini sudah suatu keharusan bagi semua kaum buruh, dimana semua harus duduk berleha-leha selalu saja membicarakan majikan. Mending kalau majikannya garang atau sangar, bisa langsung aku berikan tusukan khas dari palembang. Lah, kalau sang majikan hanya bisa berdiam, tanpa tindakan.

Untuk sekarang aku hanya mencoba memancing di air keruh saja dulu, bangkitkan semua keluhan-keluhan dari semua, biarkan mereka semua berkeluh kesah walau akupun ruwat, jadikan itu sebagai tombak runcing untuk menusuk sang majikan.

Sekali lagi urusan penghargaan yang diaplikasikan dalam bentuk nominal dengan penyeragaman tanpa ada ketimpanganlah tuntutan kawan-kawan. Apakah sangat diperlukan pergerakan ayam-ayam kampung palmerah aku ungkapkan lagi? Sepertinya itu akan terus berlangsung hingga nantinya yang tersisa hanya telor-telornya saja, yang belum tentu itu akan menjadi bibit unggul dari jago-jago berjengger merah karena sang jago sekarang sudah hilang gairah untuk mereproduksi keturunan lagi. Kita tunggu saja saatnya, yang tersisa hanya telor-telor busuk tanpa ada yang mengeraminya. Hancurlah kau kandang ayam.

====================================================================

PEMUDA PENUH HARAP

lelaki itu berangkat dengan penuh harap

diciuminya tangan kedua orang tua
"aku akan menjadi harapan mu" ia berucap
hilanglah ia di tengah dingin dunia

bagai wedana di antah barantah
ia melangkahkan kaki ke tanah neraka
tangis beriring indah senyum merekah
tertepiskan bersama harap membara

tak berapa lama sampailah ia disana
"aku datang wahai penguasa dunia" serunya
bukan hanya khayal ia menjelajah dunia
lihatlah harap itu masih merah menyala

bukan dosa bunda melepas kepergiannya
hanya nasib tak tega menjadi tumpuan
bukan salah bapa menitikkan restu
tapi asa masih tetap malu mencari umpan

larutlah ia dalam khayal beratap
fatamorgana terus merambat merayap
halusinasi rumi pun enggan menatap
kini, ia lah pemuda tanpa pengharap

sempurna sudah......

(jakarta, 13 maret 2008)

Minggu, Maret 09, 2008

PERBEDAAN


Hidup di antara sengatan menyengat aroma sisa-sisa pembuangan dari dapur tuan Baron modern, tak membuat orang-orang yang dijadikan objek pencari dana monetary rahwana-rahwana berdasi itu bosan, tapi mereka tetap akan menikmati hidangan yang diberikan sang pencipta kepadanya, karung-karung bekas dijadikannya sebagai pelindung kepala anak-anak bangsa ditambah kardus-kardus mie disisi kanan-kiri depan-belakang dijadikannya sebagai pelindung dari cemeti panas terik matahari dan hantaman hujan gledek disebabkan alam yang kian gringsang, yang tak tahu kepada siapa alam memberi pelajaran itu.

Jelas kenikmatan yang mereka rasakan sangat berbeda dengan kenikmatan yang kita rasakan, kenikmatan itu tak pernah kita mengerti walau terkadang muka memelas penuh penghambaannya membuat miris pilu kita menatapnya. Tapi itu bukan keputusasaan mereka, coba lihat senda gurau disertai gelak tawa menyeruakkan kepuasan saat mereka berebut lemparan kotoran-kotoran dari dalam keledai modern berkaki bulat buatan saudara tua bangsa ini.

Mereka hidup dari mengais sisa-sisa buangan si tuan polan, tak pernah sekalipun mengeluarkan tuntutan berlembar-lembar hvs berisi baris-baris kata dengan mengatasnamakan perut mereka. Tapi mengapa, malah mereka dijadikan musuh bebuyutan hingga tak segan-segan sering kali kenyamanan hidup mereka terus diganggu sebagai bentuk usaha pemuas kenikmatan si leher berdasi, padahal mereka hanya meminta sisa-sisa yang dibuang, bukan burger dan ayam goreng paman sam.

Pernah suatu ketika mereka membuat para rahwana menjadi berang, bukan karena mereka mencuri sepatu hitam mengkilap dari atas rak. Persoalannya sepele, hanya karena nafsu syahwat para rahwana tiba-tiba sedang meningkat hingga matanya perih dan pedas melihat mereka mengais rejeki di sekitaran pembuangan berbau busuk. Dan akibatnya, mereka harus tereliminasi dari kenikmatan hidupnya selama ini dan harus bergelimpangan di bawah-bawah bangunan penyangga rel impor. Naas benar nasib mereka, untuk mencari kenyamanan hidup pun mereka harus terganggu.

Penguasa bersetelan rapi itu tak pernah menginjakkan kakinya lagi. Dulu sebelum ia bisa berseragam, pernah sempat bermain-main bersama mereka. Tapi sekarang, mereka hanya dijadikan asset berharga bagi penguasa agar setelan jasnya tak copot dengan segera. Mengelu-elukan usaha perbaikan gizi, malah satu keluarga di Makassar tewas mengenaskan karena marasmus.

Ah.... terlalu lelah aku membahas semua, mungkin keadaan inilah yang memaksa kita harus tetap mengakui bahwa "Inilah Indonesia ku", dari berbagai ketimpangan yang terjadi inilah bisa menimbulkan terjalinnya hubungan yang harmonis antara si kaya dan si papa. Mari kita rapatkan barisan bergabung dalam satu kesatuan untuk tetap bisa terjaga dari kehidupan maya bentukan penguasa. Ayo jangan ragu teriakanlah "Aku lah orang Indonesia itu...!!".

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MALU

material seperti apa
yang bisa menyatakannya
berwujud tapi tak berbentuk
buku seperti apa
yang bisa mengungkapkannya
nyata tapi tak teraba

katanya ia ada di hati
itukah sebab tangannya menadah
katanya pula ia ada di akal
pantas saja kepalanya mengangguk

orang gila di jalan tak punya itu
makanya ia catwalk tanpa busana
orang gila di istana juga tak punya itu
tapi kan ia berbusana rapi, berdasi pula

aneh memang
padahal itu adalah budaya bangsa
(jakarta, 09 maret 2008)

Jumat, Maret 07, 2008

KEMBALI

KEMBALI

kembali seperti kemarin
hanya ingin kembali
buahnya manis-manis
makan tak akan meringis
hanya ingin kembali
kembali seperti kemarin
tak ada harapan lagi
aku dihari ini

Kamis, Maret 06, 2008

CINTA DAN MATI

Siapapun kita di pelataran bumi indonesia ini, pastilah tahu siapa pemimpin negara sekarang. Jelas, sama jelasnya saat kita melintas di sekitaran tempat pertunjukkan film atau lebih akrab di kenal dengan sapaan bioskop, tampak megah dan mewah memajang poster berukuran besar dengan menampilkan tiga sosok sahaya yang dua diantaranya wanita. Walau tak tampak jelas apa tulisan dibawahnya, tapi kita tetap tahu pertunjukkan film seperti apa dan title apa yang akan ditayangkan di dalam sana.

Sangat hebat atau lebih tepatnya sukses besar aku memberi penghargaan atas film itu. Bagaimana tidak, selain film ini diangkat dari sebuah novel bestseller film ini juga konon bercerita mengenai apa itu cinta (katanya). Sekali lagi sukses besar, sukses besar, memang layak bagi ku untuk mengacungkan jempol, walaupun aku sendiri tidak pernah menontonya apalagi membaca novelnya, tapi tetap aku akui inilah sukses besar atas sebuah karya.

Kalau kita mau menilisik lagi, kesemuanya itu tidak akan bisa terjadi apabila tidak ada antusiasme dari para mahluk pencari cinta (iya kita-kita ini) mendambakan sosok seorang fachri yang alim dan sang aisyah yang penuh misteri.

Tapi tetap saja aku harus menghindari menonton film ini, Loh.. Kenapa bang? Ya... sebagaimana telah aku paparkan sebelum ini, aku sangat menghindari segala bentuk yang berbau percintaan antara dua manusia, baik itu berupa film, puisi, lagu ataupun stensil kuno. Sebagai manusia yang penuh akan lupa, aku tetap beranggapan aku belum siap mencintai seseorang akhwat/harim/wanita/perempuan/cewek/awewek/betino atau apalah sebutan yang mengatasnamakan keturunan adam berjenis kelamin sama sepert hawa.

Ada satu hal yang aku kurang menyetujui konsep dari novel atau film itu, apalagi kalau bukan penggabungan antara percintaan dua insan yang dikait-kaitkan dan dihubung-hubungkan dengan keyakinan suatu pemeluk agama (muslim). Aku bukan orang suci, aku juga bukan orang alim, pun aku bukan fachri. Aku hanya orang goblok yang tak kenal akan cinta untuk saat ini.
maaf kan aku......

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SAAT BAYANGAN ITU DATANG

saat bayangan itu datang
terasa aneh memang
semakin ia mendekat
semakin terasa ia mendekap
tak tampak siapa dibalik jubah itu
yang terlihat hanya bayangan
ingin rasanya lari dari dekapnya
semakin lama,
semakin terasa dingin disini
sosok itu mulai tersenyum
seraya berkata
"biarkanlah aku menenangkanmu,
sebab aku lah izrail sang utusan-Nya"

(jakarta, 06 maret 2008)

Jumat, Februari 29, 2008

KISAH HARI INI


Kalaupun masih bisa berandai-andai, alangkah indahnya bisa menampilkan hidup damai dengan segala keseimbangan di permukaan tanah yang diklaim kepemilikannya oleh sang pencipta ini. Aku merasa itu tidak muluk-muluk, hanya saja pencapaian ke taraf damai itu masih sulit di tembus dengan jerih payah keringat beberapa mahluk saja. Apalagi untuk mengangkat keseimbangan diatas segala bentuk ketimpangan yang ada sekarang ini, ah.... tampaknya aku masih harus tetap berkhayal untuk itu semua.

Hari ini tepat tanggal hari Rabu 28 februari 2008, kembali aku harus mencatatnya kedalam buku khayal kucel dan lecek yang tak kalah usangnya dengan pakaian yang ku pakai hari ini. Hidup di belantara hiruk pikuk kota dengan berbagai macam karakter jenis manusia adalah perperangan paling berat, ketimbang aku harus ikut menghadapi ribuan kafir yang bermusuhan di medan perang karbala yang penuh dengan penghianat. Tapi itu lah keberkahan dan rahmat pemberian secara percuma dari sang Khalik maha dari segala maha, hanya saja di setiap peperangan hidup ini akan ada yang disebut sebagai golongan imamah. Golongan itu dibentuk bertujuan agar kesemuanya bisa berjalan beriringan di bawah satu komando sang komandan.

Sayangnya, siapakah golongan imamah yang dimaksud itu? Anda kah? Bapak anda kah? Kakek anda kah? Aku tak pernah tahu itu semua. Yang jelas aku beranggapan imamah buat ku bukanlah sang Bambang Yudhoyono yang setiap kali selalu tampil di koran tempat ku bekerja, bukan pula sang Nurwahid mantan presiden partai pengekspolitasi kaum hawa, Bukan sang Sutanto dengan sok gagah memamerkan bintang jasa di seragamnya ditambah terselipnya sepucuk revolver gagang hitam berisikan 8 butir peluru di panggulnya walau demikian sangat sering ia tampil tidak pede hingga kemana-mana harus ditemani bawahannya, Jelas Bukan mereka semua.

Lalu apakah aku harus mengakui golongan imamah itu dari golongan terpelajar layaknya Sang Amien yang telah dianggap sebagai tokoh reformasi dulu, Bukan dia. Apa pemilik perusahaan tempat ku bekerja Sang Tanu itu adalah salah satu dari imamah, rasanya aku tidak yakin. Atau sang Pemimpin Redaksi di tempat ku bekerja. Bah.... apalagi dia, sangat jelas sekali bukan dia walau terkadang banyak dari Om-Om redaktur menyanjungnya.

Ternyata semakin dicari sang imamah semakin ngibrit saja lari dari dunia nyata ini. Hingga mengharuskan semua penghuni yang papa layaknya aku disini terombang-ambing memilih jalan ke kanan atau kekiri, harus menerjang maju atau menarik mundur dari dunia.

Jangan katakan kalau aku Pria tak berguna karena berputusasa dengan keadaan, jelas anda salah besar bung..., Aku hanya sedikit bersedih dengan kondisi di tempat ku bekerja, yang mana disetiap permasalahan muncul tidak pernah ada penyelesaian kongkret, padahal itu sudah jelas apa yang menjadi biang dari permasalahan, sampai-sampai harus kehilangan rekan kerja sebanyak tiga orang dibulan ini.

Layaknya orang yang tidak bisa menuntut, mereka pun harus menarik mundur pasukan bertombak didalam hatinya sebab mereka beranggapan tidak ada harta rampasan di tempat ini, yang ada hanya kekalahan memalukan diterimanya. Yang harus tereliminasi itu bukan lah orang sembarang, mereka tergolong pioneer disini.

Seperti biasa aku tidak banyak berharap kalau tulisan ini dibaca oleh mereka ataupun oleh pemilik kehidupan di tempat kerja ku. Sampai dengan hari ini aku hanya mencoba untuk mencari sela dimana aku harus mulai mengakhiri ini semua, tampaknya obrolan warung kopi harus dipersering intensitasnya untuk membentuk rasa persatuan diantara sesama. Dan, kalaupun itu juga ternyata bisa dipatahkan, mau tidak mau aku pun melanjutkan pergerakan yang dimulai dengan jalan harus mundur teratur meninggalkan bekas sesal bagi mereka yang ditinggalkan.

Yah... aku rasa cukup sudah catatan ku hari ini di buku khayal kecil nan kucel didalam otak penuh andai-andai. Untuk sekarang aku harus bertahan karena perjuangan masih berlangsung.......

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KISAH HARI INI
(sang jago berpindah tangan)

tak ubah ayam kampung di palmerah
dimasukkan semua kedalam kurungan
lalu dikeluarkan satu persatu lewat lobang kecil
kemudian datang lah pembeli
nanar mata sang jago sambil komat kamit
berharap tuan baru memberi jagung
bukan dedak seperti tuan sekarang
tanpa embikan layaknya kambing
perpindah tangan lah sang jago hari ini
(jakarta, 29 februari 2008)

Kamis, Februari 28, 2008

AKU BUKAN ORANG ANEH


Disaat semua orang mulai berbondong-bondong harus pulang berjejal-jejalan mengejar bus juga kereta api dengan peluh dan kepenatannya, disaat itulah aktivitas ku dimulai. Namun di kala semua orang harus mengawali aktivitasnya di pagi hari dengan pakaian rapi dan wangi, aku pun masih tetap berselintasan bersama mereka, hanya saja yang membedakan aku sudah mengakhiri aktivitas harianku.

Kehidupan seperti itu bukan hanya baru satu atau dua hari aku jalani tapi sudah cukup lama hingga aku harus terjerambab kedalam kehidupan didunia tanpa kejelasan dan tujuan hakiki hidup pun tampaknya sedikit bergeser.

Sekali waktu terkadang datang pikiran aneh yang mengajak ku untuk terus berkhayal mengenai apa yang terlewat dan telah hilang dari kehidupan yang sebenarnya. Aku tidak lari dari siapapun, aku pun tidak mengejar suatu apapun, terdengar aneh memang, tapi itulah kehidupan yang sampai hari ini aku nikmati tanpa ada kekuatan dan kenikmatan yang pasti disitu. Walaupun pola hidup yang lama kelamaan semakin aneh ini semakin menyesakkan di dada tetap saja ku jalani.

Adakalanya aku coba merenung sembari menatap para manusia yang haus akan materi. Apakah yang mereka cari itu sama seperti aku dan juga kawan-kawan artistik lain cari? Apakah yang mereka berikan terhadap pekerjaannya itu sama seperti aku dan kawan-kawan artistik lain cari?

AH..... jangankan untuk mengetahui tujuan hidup orang lain, sedangkan mencari tahu tujuan hidup sendiri pun aku sudah lelah hingga kini tetap tidak jelas. Di saat tidur pun aku sudah sangat jarang sekali mendapatkan mimpi. Betapa sialnya sampai-sampai mimpi pun aku tidak diberikan kesempatan lagi. Padahal aku bekerja dituntut menggunakan dan mengandalkan imajinasi dan daya khayal. Diantara kawan-kawan yang dulu pernah bersama selama duduk di bangku sekolah mungkin hanya aku yang memiliki penampilan berbeda saat ini. Semua bukan karena disengaja ataupun diniatkan dari hati, hanya saja terjadinya tidak terduga tanpa ada penyesalan sedikitpun. Itu saja penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan kawan-kawan selama ini tidak ada yang sulit dan kesemuanya singkat dan simple tiada yang di luar akal sehat, kan?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BUKAN NYANYI BUKAN PUISI

bukan nyanyi bukan puisi
bukan prolog apalagi drama
suara tanpa bunyi
bunyi pun tanpa suara
bergerak tetap ditempat
ditempat serasa bergerak

kulit mulai mengendur
penglihatan meranjak rabun
pendengaran sayup menjauh
tulang-tulang sendi pun linu

mengulang suatu yang mustahil
melanjutkan juga terasa beban
mundur meratap rintang
maju kedepan ditatap lintang

muda telah terlewat
tua akan terus menerjang
mati jelas di genggam izrail
surga neraka semua gelap

maaf
dian ini telah padam bung.....

Minggu, Februari 24, 2008

BEST OF FRIEND

berikut ini lagu favorit tiap malem sampe pagi aku denger terus. Ya.., mungkin banyak dari kita taunya lagu Joan Baez waktu Sita RSD melantunkan DONA DONA di film Gie, tapi lagu yang satu ini luar biasa lebih menarik paling tidak buat kuping ku sendiri.
Tak tahu mengapa, sajak TEMAN yang dibawah langsung saja tertulis, tanpa dipikir lagi.


BEST OF FRIEND

We may not always be the best of lovers
But if you leave it to me I think I can see
We'll always be the best of friends

And one day when I am old and on the porch
With knittings around my knees you hear me say
Excuse me please,but aren't you the one
And wasn't it fun way back when

Or maybe in a year you'll reappear
And if that should come true
I'd throw my arms around you and watch you smile
Just for awhile once again

We may not always be the best of lovers
But if you leave it to me I think I can see
We'll always be the best of friends

La la la
The best of friends
La la la

(JOAN BAEZ)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

TEMAN

teman,
betapa beratnya deritamu
sedih aku mendengarnya

teman,
betapa sabarnya kau terima
tak sampai hati aku melihatnya

teman,
betapa betahnya aku tetap bertapa
sampai tak tau apalagi yang melandamu

teman,
betapa payahnya aku
hingga tak bisa merasakan itu

teman,
betapa pun aku kalah
kau tetaplah yang terbaik

(24 februari 2008)

Jumat, Februari 22, 2008

PENGALAMAN BIASA


Menyesal, sudah sangat lama sekali aku mengenal kata itu. Teringat saat-saat aku berusia 7 tahun dan aku sudah duduk di kelas 3 SD, Telah berapa banyak aku melakukan tindakan yang membuat orang disekitar jengkel atau menggerutu dengan bahasa kasar 'khas palembang' walau bukan suatu hal luar biasa untuk dipertontonkan dalam kalimat-kalimat klasik. Dari situ saya mulai mengenal kata-kata 'menyesal' hingga hari ini saya hanya mengenalnya lewat kata saja, tidak pernah ku coba untuk mendalami lagi apa arti dari kata menyesal. Alasannya sangatlah gampang ku buat, aku hanya tidak ingin memperdalam luka yang sudah koyak. Menyesal adalah suatu ilmu bagi kita untuk mengungkapkan atas apa yang sudah lewat, ini hanya dalam pengertianku saja karena aku tidak mengenal menyesal secara akrab, sehingga siapapun orang atau lawan akan sesegera mungkin menampakan rasa kasihan bahkan iba terhadap yang siapa berucap, hal itu yang membuat aku jijik.

Seringkali aku terbuai akan frame itu, sehingga tidak ada lah dalam perjalanan hidup ku ini menginginkan untuk mengulang apa yang sudah lewat. Aku rasa hanya percuma saja soalnya yang lewat itu sudah hilang, yang besok itu pasti akan terus datang membrondong secara beruntun. Tak ada yang spesial, luar biasa, apalagi sampai merasa amat sangat menggembirakan selama dalam perjalanan hidup ku ini semuanya berlalu biasa saja tak ada kenangan, bukan berarti aku tak pernah berkumpul dengan teman-teman lama.

Beberapa waktu kemarin sempat saya bertemu dengan teman lama, di blokM tepatnya, dua orang pria dan satu orang wanita. Kelihatan mereka sangat riuh membicarakan masa-masa SMU dulu, tapi aku hanya diam. Aku pun tak luput dari pembicaraan mereka, artinya aku ada kenangan yang dianggap waw bagi mereka, kan? Tapi aku, tak bisa mengungkapkan apa-apa tentang mereka, karena semua kuanggap biasa saja, bukan berarti aku tak bisa mengingat apa yang telah mereka perbuat dulu, ingatku masih jernih.

Tak pernah berharap jadi yang spesial, karena tak bisa memberikan sesuatu yang spesial itu lah aku. Tak pernah menjadi yang spesial, karena aku tidak pernah bisa menjadikan yang lain spesial bagi ku, itu lah aku. Tak pernah mau mengukir kisah yang spesial, apalagi mau mendongengkan kisah yang spesial, itu lah aku. Tidak ada pengalaman yang spesial dalam hidup, mulai dari sekolah SD,SLTP,SMU,DIPLOMA, kerja pun telah ku lalui di tiga tempat yang cukup lumayan dikenal orang, pertama di Dompet Sosial Insan Mulia sebagai tenaga disain cetak saja, yang kedua di Tabloid Wanita MonicA Palembang aku dijadikan Koordinator Artistik waktu itu, pernah sempat join di Harian Umum Sumatera Ekspress tapi hanya berlalu satu minggu saja, dan yang terakhir ini berada di Koran Seputar Indonesia, yang katanya koran Nomor DUA di Indonesia yang aku jalani sekarang aku berada disitu, ditambah lagi aku mendapat tugas baru yang lain dari tugas kawan-kawan lain, hanya saja kedepan aku tak tau akan berpindah kemana lagi. Yah..... tidak ada yang spesial sama sekali kan? Semua mengalir apa adanya, menatap lurus kedepan hanya cukup tengok kiri kanan saja, terus yang di belakang? Itu sudah lewat. Maka jelaslah sudah Aku lah orang yang tidak pernah merasakan spesial itu, Tapi aku tidak menyesal..........

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KESABARAN

saat semua dipaksa harus BERSABAR
berarti sudah terjadi KETIDAKADILAN disana

saat semua diharuskan tetap BERSABAR
berarti sudah ada peristiwa KEANEHAN disana

saat semua diingatkan untuk BERSABAR
berarti sudah ada tindak KESEWENANGAN disana

saat semua diajarkan berlaku BERSABAR
berarti sudah ada usaha PENINDASAN disana

saat semua sudah mencoba untuk BERSABAR
berarti PERGERAKAN akan segera dimulai

patahkan lehermu ke KIRI
SABAR adalah awal dari PEMBERONTAKAN

(06 februari 2008)


Kamis, Februari 21, 2008

HIKAYAT POHON BESAR

Sempat membaca sedikit profile dari salah satu teman 'maya' (yang belum tentu ia menganggap saya juga temannya), ada suatu keanehan aku menyebutnya, aku tidak banyak berharap ia membaca tulisan ini, karena ini hanya pandangan dari keegoisan belaka yang ku buat. Sekilas uraian secara subjektif; Mungkin disaat ini ia sedang sedih atau malah bisa lebih dikatakan pilu karena telah lepas dari kekasihnya terdahulu, tapi ia tetap masih mengharapkannya untuk bisa kembali lagi sebagaimana ia pernah merasa bersama dulu. Aku berasumsi bahwa ia telah melewati saat-saat atau masa-masa yang indah dan membahagiakannya mungkin, hingga tak bisa lepas dari bayang-bayang suka dan sendu mantan kekasihnya tersebut.

Sepertinya amat menyakitkan baginya, sampai-sampai ia tetap merasa dirinya dibawah dengan terus meminta walau tidak secara direct hanya kata-kata kiasan yang dibuat agar suatu saat bekas kekasihnya dapat melihat apa akibat dari perbuatannya. Malang benar nasibnya, yang aku tahu kalau ia berjenis kelamin wanita, tapi itu bukan suatu alasan baginya untuk mengalah hingga terus mendera sampai berpeluh-peluh air mata.

Bah.... ini merupakan satu lagi pelajaran buat ku sendiri, apakah aku akan menjadi seperti mantan kekasih sang gadis nantinya hingga dengan begitu aku bisa mendapatkan kepuasan mendapatkan julukan 'penakluk wanita'. Buruk benar citra seorang pria kalau begitu. Pelajaran ini akan aku simpan rapat-rapat hingga suatu saat aku akan perlu membukanya lagi.

Dengan demikian tepatlah keputusan ku untuk tetap bertahan dengan kesendirian sampai suatu saat nanti yang aku pun tak mengetahuinya, tidak akan merasa risih atau pun gelisah walau tanpa wanita saat ini. Sebagai bentuk interest ku akan legenda yang telah diukir teman 'maya' ku itu, sebuah sajak ringan untuknya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

POHON PEMBAWA DUKA
(untuk dia yang menanti)

hujan telah berhenti
langit pun sudah cerah kembali
sudahlah, segera lipat payung jingga mu
pelangi akan lebih indah bersama awan
apa kau tak merasa malu
mentari terbahak melalui pancaran itu
ya...
ia akan terus terkekeh menertawai mu
bangunlah rumah dari rumput hijau
jangan kau toleh lagi pohon besar itu
aku tahu...
hikayat pohon besar pembawa harap palsu
pohon itu lah yang sedari tadi melindungi mu
tapi ia kan tak memberimu kedamaian firdaus
kau pun dirasakan sama olehnya
malah saqor membara yang ia rasa darimu
apalagi yang kau harap darinya
toh... kau tak bisa memilikinya
aku hanya berharap bisa melipat payung jinggamu
dan tegas berlari menjauhi pohon besar itu

(21 februari 2008)

SAJAK KHAYAL


SAJAK KHAYAL

pernah sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak indah untukmu
walau terus ku cari dibalik cahaya sinar lampu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah juga sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak spesial untukmu
sampai harus ku cari kesemua penjual kerabu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah yang paling parah dalam khayalku
kau datang menagih semua sajak-sajak itu
keblingsatan aku harus mencari ditiap toko buku
sayangnya tetap tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

(19 februari 2008)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SAJAK KHAYAL [2]

dia tak pernah di undang kesini
tapi mengapa dia harus datang
selalu mengusik dengan bisikan
merinding rasanya

dia seakan ingin mengisi hari-hari
tapi tak tau apa yang diingininya
selalu mengharapkan ku nanti
dingin ungkapnya

dia singgah di tiap dingin malam
tapi tak pernah ku tentang maunya
selalu saja jangkrik jadi alasan klasik
cobalah ingatnya

dia tetap saja termangu di sudut tembok
tapi tak tampak kwan im disitu
selalu menatap bulat bulan purnama
mulai hangat katanya

dia mencoba memalingkan kearah jam
tapi hampir tak kuindahkan
selalu membuat butiran tetes di mata
hilang lah ia selamanya

Selasa, Februari 19, 2008

TANGGAL MERAH PUTIH

Seperti kebanyakan orang di negara-negara berkembang lainnya, menanamkan rasa kebanggaan dan kecintaan akan segala sesuatu yang dihasilkan sendiri menjadi mutlak adanya. Walaupun terkadang ada saja batu sandungan dalam berbagai bentuk protes mewujudkan penolakan akan apa yang dihasilkan tersebut. Memang sudah banyak program-program berjangka telah diterbitkan pemerintah, sampai-sampai untuk mempertegasnya selalu saja dibubuhi dengan kata sakti (NASIONAL) ditiap ujung kalimat program tersebut.

Kesemuanya itu mengingatkan saya akan gerakan yang dicanangkan pada saat saya masih duduk di bangku SMU dulu, SUSAN namanya, singkatan dari SUMATERA SELATAN ANTI NARKOBA, gerakan yang dimotori oleh kapolda sumsel waktu itu bertujuan memberantas peredaran narkotika di lingkungan pelajar dengan alasan telah banyak berkeliaran anak-anak muda pengguna narkotika di Indonesia terutama daerah sumsel. Dengan berbagai macam cara semua unsur pimpinan di dalam tubuh kepolisian itu menggerakkan semua anak buahnya menggelar aksi damai untuk mengikuti perintah atasannya.

Saya sering kali mengenang akan indahnya proses penanganan yang lakukan dari pihak kepolisian, banyaknya penyuluhan mengenai bahaya narkotika diadakan baik dalam bentuk seminar atau pemutaran film mengenai bahaya narkotika, saat itu film yang paling terkenal judulnya Ratu Extasi yang tak tahu siapa bintangnya. Sayang sekali memang gaungnya gerakan itu tidak bertahan lama sampai-sampai hilangnya pun tidak ada yang merasakan.

Baru-baru ini saya membaca di salah satu website yang juga menerbitkan salah satu media cetak cukup terkenal diantara para jurnalis, dan juga sudah banyak menelorkan jurnalis-jurnalis handal di bidang sastra dengan tulisan-tulisan panjangnya, bahwa suatu ketika pernah ada di tetapkannya hari blogger nasional oleh menkominfo, waktu itu kalau tidak salah M Nuh, dan 27 Oktober adalah tanggal yang ditetapkan karena berkesesuaian dengan tanggal diadakannya diskusi mengenai blogger se-Indonesia.

Saya coba untuk menindak secara positif dari keputusan yang ditetapkan pemerintah kita walau tanpa SK jelas ditandatangani siapa. Paling tidak penghargaan minimal bagi pemerintah kita ialah sudah mulai membuka mata sipitnya untuk mengikuti perkembangan masyarakatnya di bidang pengetahuan dan teknologi. Walaupun ada sedikit protes dibenak yang saya kesampingkan dulu, agak aneh rasanya seorang pejabat tinggi di pemerintahan secara gampangan mengeluarkan statement kontroverisal mengenai penetapan hari-hari berskala nasional.

Sejenak mulai otak ini berpikir akan keanehan-keanehan kelakuan pemerintah kita, coba bayangkan sudah berapa banyak pemerintah kita menetapkan hari-hari dalam kalender merupakan hari bersejarah hingga harus menasionalkan hari itu. Sebagai contoh pernah dulu ada GDN (Gerakan Disiplin Nasional), Hari Anti Narkoba, Hari Anak Nasional, Hari Pers Nasional, Hari Kartini, hingga hari berkabung nasional pun pernah ditetapkan juga, mungkin diantara banyak kita sendiri juga tidak mengerti apa maksudnya dan mengapa hari itu bisa dijadikan sebagai hari nasional oleh pemerintah, ataukah saja karena di hari-hari itu telah terjadi suatu kejadian yang menggemparkan rakyat Indonesia dalam skala nasional, jangan-jangan penyakit flu burung dan musibah lumpur lapindo bahkan banjir Jakarta yang katanya tahunan itu pun tak luput dari incaran pemerintah kita untuk dijadikan momen bersejarah dan diguratkan melaui goresan pena di dalam buku merahnya sebagai hari nasional.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SAJAK KHAYAL

pernah sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak indah untukmu
walau terus ku cari dibalik cahaya sinar lampu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah juga sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak spesial untukmu
sampai harus ku cari kesemua penjual kerabu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah yang paling parah dalam khayalku
kau datang menagih semua sajak-sajak itu
keblingsatan aku harus mencari ditiap toko buku
sayangnya tetap tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

(19 februari 2008)

Senin, Februari 18, 2008

TIBA-TIBA


TIBA-TIBA

tak pernah tahu kapan ia akan datang
sesaat tersadar, ternyata ia telah hadir
tak pernah mengira ia akan menghampiri
sampai tak tahu dari mana ia muncul

berharap mengatasnamakan hati
terus mengendalikan sayap-sayapnya
melalui sayap kasihnya ia membelai indah
melalui sayap sayangnya ia terus mengelus rasa

setelah ia hadir semua akan terasa indah
walau tahu itu tak akan kekal
namun racunnya telah menjalar
mengigaukan kata penuh gairah

tak sampai hati menolak keindahan itu

(18 februari 2008)

KEBOSANAN

Rutinitas keseharian yang melelahkan tanpa disadar setiap hari tampak semakin menjebak, hingga membuat tak bisa berfikir selain dari aktivitas yang telah dan akan dilakukan hari ini, kemarin, bahkan esok nanti. Kebosanan sering kali mengeluarkan suara-suara gaib untuk dengan sesegera mungkin terus mengajak agar keluar dari jebakan yang telah ada. Walaupun secara waktu dan tempat semua itu tidak mungkin terjadi bukan karena kebodohan personal, tapi penyebab utamanya adalah sebagian besar mahluk telah mendapat peranan menjadi salah satu lakon di tiap proses sistem yang terlewat dan juga siap-siap menunggu dengan tatapan kosong menjelang proses dari sistem baru lagi, kesemuanya telah mutlak.

BOSAN

hari ini alam terasa hampa tanpa bunyi
tak satu pun mengeluarkan suara tari
biasanya, ada pekik pembuka di rumah ini
riuh gelak tawa bocah di pagi hari

kini semua sepi... sunyi...

seperti sudah tuli telinga ini
tak henti-hentinya lelah terus datang merintih
walau masih selaras bersama pungi-pungi
tetap saja perpikir sudah tak layak lagi

kini semua sepi... sunyi...

yang ku tahu semua tidak mati
hanya saja tak tahu menahu kemana semua pergi
apakah mereka habis digerogoti si pusi
ataukah telah hilang di telan bumi

ah... itu bukan urusan ku lagi

biarkan lah mereka lari dari sini
terpejam mungkin yang terbaik kujalani
keindahan mimpi!
sampai jumpa lagi!
aku ingin sendiri di bumi

(18 februari 2008)