Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Selasa, Januari 15, 2008

SEUMPAMA BUNGA DAN TEMBOK

sebentar.... sebentar....
apa itu tadi.....
......
lho... ada juga yang kayak gini ya..
gila... gak bener nih...
.....
eh.... jangan-jangan kamu juga kiri ya....

Sepertinya spontan saja rekan kerja saya mengeluarkan kata-kata itu, saat melihat website yang kebuka di komputer saya pas dua hari yang lalu. Yah... www.rumahkiri.net yang kebuka saat itu, pas kebetulan benda buatan manusia itu lagi lelet. Jadi kebukanya amat sangat slow sekali, lalu pas saya tab lagi yang keluar blog tentang 'Wiji Thukul', eh... dasar kotak kerja goblok, di tab lagi yang keluar malah hasil browsingan lagu-lagu folksongnya Joan Baez, lengkaplah sudah.
Lalu sebentar ia diam dengan matanya masih memandang ke layar monitor, sekali-sekali menoleh ke arah saya, mungkin banyak tanda tanya di benaknya mengenai saya.
Dan, lagi-lagi ia mulai mengeluarkan sedikit kata-kata yang sulit untuk saya jawab.
"Bener kamu juga kiri? waduh..."
Dengan berat hati dan juga rasa yang aneh di otak, saya langsung jawab.
"Gak tau mas, aku juga bingung. Rasional sih... emange napa mas?" balik tanya saya.
"Ndak...." jawabnya singkat sambil memasang headphone di telinganya.
Kejadian itu walaupun berlangsung singkat, tapi tidak bisa hilang dalam pikiran ku, ia mulai sedikit diam dan agak sinis kalau mulai memberikan tugas atau listing berita pada saya.

Dalam beberapa situs di internet saya coba untuk mencari jawaban mengapa kaum kiri selalu dipandang sebelah mata, oleh sebagian orang di muka bumi ini. Mungkinkah ini pertanda buruk?
Sedikit analisa dari saya secara akal sehat. Semua mahluk di muka bumi ini semuanya diciptakan berpasang-pasangan satu sama lainnya. Ada perempuan ada laki, ada pintu ada jendela, ada atas ada bawah, ada belakang ada depan, begitu pula ada kanan dan ada juga kiri kan.... Saya hanya melihat keseimbangan yang cukup dinamis dan romantis di antara tiap pasangan yang tercipta itu. Lumayanlah sekadar penambah ilmu dan pengetahuan saya yang dangkal ini.
Ada satu sejarah menarik yang saya dapat dari perpustakaan tanpa batas, buku tanpa halaman itu, bahwa ada yang disebut kiyai merah, siapa dia? apa maknanya bisa disebut kiyai merah? maaf.. saya belum bisa menerangkannya, karena saya masih coba untuk menggalinya lebih dalam siapa beliau ini, mungkin di lain kesempatan saya bisa tuliskan disini apabila saya sudah bisa mendapatkan segala sesuatunya untuk bisa saya tumpahkan disini.
Tapi untuk sejarah kiri yang saya dapatkan, itu terbentuk dijaman prancis tempo dulu dimana dalam sebuah parlemennya pada waktu itu orang-orang yang duduk disebelah kiri itu sangat bertentangan dengan keputusan sang raja, orang-orang inilah yang selalu mencari bagaimana cara supaya kaum-kaum tertindas dapat dibela di hadapan sang penguasa. (maaf kalau ada kesalahan).
Toh.... jelas bagi saya kiri hanya diposisikan sebagai kaum orang-orang yang membangkang dari keputusan sang penguasa, sehingga bagaimana cara sang penguasa itu menghapuskan citra orang-orang tersebut. Akhirnya didapatlah suatu pemikiran briliant dengan mengaitkannya dengan sosialism dan komunism yang identik tidak mengakui nilai reliji dari suatu agama apapun bagi kaum kiri ini.
Ironis sekali kita mulai terjebak didalam suatu sistem bentukan para penguasa tempo dulu, sampai-sampai tidak ada lagi yang melihat sisi baik untuk kaum kiri ini. "sudah terpinggir masih mau digusur pula" itu kata-kata yang pantas bagi kiri.
Sampai hari ini saya masih terus mencari info-info tentang kiri dan kanan, sebagai referensi saya untuk memecah kebuntuan di dalam pikiran saya sendiri.
"Mengapa Marx-ism? Mengapa Lenin-ism? Mengapa Sosial-ism? Mengapa Komuns-ism? Mengapa PKI-ism?"
perjuangan saya belum selesai, sebagai penutup hari ini dan juga bisa dijadikan sebagai renungan buat saya. dibawah ini karya terbaik bangsa dari tangan penyair tersohor...
Wiji Thukul

PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
-------------------------------------------------------

SAMPAI DI LUAR BATAS

Kau lempar aku dalam gelap
Hingga hidupku menjadi gelap
Kau siksa aku sangat keras
Hingga aku makin mengeras
Kau paksa aku terus menunduk
Tapi keputusan tambah tegak
Darah sudah kau teteskan
Dari bibirku
Luka sudah kau bilurkan
Ke sekujur tubuhku
Cahaya sudah kau rampas
Dari biji mataku
Derita sudah naik seleher
Kau menindas
Sampai
Di luar batas
-------------------------------------------------

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendakiadanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
--------------------------------------------------------

Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa

aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat
penguasa
puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup
aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa

Tidak ada komentar: