Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Januari 17, 2008

PAK.... TOLONGLAH.... PAK....







Akhirnya habis sudah perjalanan sang pembuat makanan tradisional di Negara Kesatuan Republik Indonesia Raya (NKRIR) ini, makanan yang menjadi kebanggaan kita. Bagaimana tidak, kenaikan harga yang lebih dari 100% harga semula, ya.. harga bahan pokok pembuat tempe dan tahu sekarang ini sudah mencapai 7.500/kg yang mana harga semula hanya Rp2.450/kg.
Kalau pun cara satu-satunya agar NKRIR bisa terbebas dari krisis multidemensi yang dielu-elukan oleh para elite politik kita dengan mengurangi jumlah penduduk, Saya secara pribadi mengucapkan, SELAMAT anda telah berhasil!!!.
Mungkin kita semua sudah sama-sama mendengar diradio, menonton di televisi, ataupun baca di koran dan majalah, ada salah seorang pengrajin tahu tempe di daerah banyuwangi, mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di pohon.
Dan satu hal yang sangat menyesakkan dada saya saat tahu bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bibit kedelai secara cuma-cuma di tahun ini sekitar 8.000 ton untuk diberikan kepada para petani di 30 provinsi yang diperkirakan memiliki areal tanam kurang lebih 200.000 hektare. Yang membuat saya tidak habis pikir pemerintah sebelumnya sudah tahu bahwa kebutuhan kedelai mencapai 1,9-2juta ton pertahunnya, tapi yang terealisasi hanya mencapai 800.000-900.000 ton saja, mengenaskan memang.
Disini saya melihat adanya suatu politik kecanduan dan ketergantungan atau malau politik pengalih perhatian yang dibentuk oleh pemerintah kita, disaat rakyat harus menanggulangi permasalahan minyak tanah dan gas, malah ditambah lagi dengan kenaikan harga itu.
Rakyat mulai mengeluh merasa kepayahan dengan kondisi yang semakin mencekik leher tersebut. Tiba-tiba dengan muka berseri-seri merah menyala, tampilah sosok dari kementerian pertanian memberikan tanggapannya dengan bantuan bibit tadi.
Bah.... istilah pahlawan kesiangan memang harus tetap dipertahankan oleh pemerintah kita, karena kalau tidak rakyat bisa bertambah pintar, kalaupun rakyat bisa pintar, toh... pemerintah sendiri yang dibuat kerepotan nantinya.
Sebagai rakyat dari NKRIR saya yang bodoh hanya dapat tertunduk malu sambil melipat kaki, menengadahkan kedua belah telapak tangan saya ke arah langit, yang pada akhirnya dengan suara serak dan terbatah-batah keluar kalimat-kalimat nelangsa dari mulut yang menghembuskan nafas-nafas penghambaan kepada pemerintah.

"Pak... kami rakyatmu, tolonglah kami...
kami lapar pak... tak ada padi untuk di tanam....
tak ada beras untuk di masak...
tak ada kedelai untuk kami buat tempe...
Tolonglah pak... hanya tempe inilah warisan nenek moyang....
kami tidak mengerti apakah ini tindak lanjut Jepang...
yang sudah mengakui makanan ini kepunyaannya....
Pak.... Tolonglah... Pak.... Pak....
hanya tempe keahlian kami...
kalau bukan kepada bapak,
kepada siapa lagi kami harus meminta tolong...."

KEMENANGAN DI PIHAK PEMERINTAH, RAKYAT TETAP BODOH, DENGAN KESIBUKANNYA MENGEMIS DAN MENGELUS-ELUS PERUT YANG KOSONG KERONTANG. AKHIRNYA CITA-CITA REFORMASI DENGAN MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA PUN HARUS LUNTUR.........

tapi ingat BOSSS (satu kata penghinaan yang saya buat untuk pemimpin yang durjana) SAJAK dari Wiji Thukul:

Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!

salam damai bagi kita semua
semoga kebebasan berekspresi
masih tetap dilegalkan di NKRIR ini

1 komentar:

BG-01 mengatakan...

belajar dimano pak noles
laju nak noles pulok
cak nyo nak alih profesi