Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Januari 24, 2008

BOSS


"Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya.
Saya merasa seperti monyet tua
yang dikurung di kebun binatang dan
tidak punya kerja lagi.
Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras ...
diusap oleh angin dingin seperti pisau,
atau berjalan memotong hutan
dan mandi di sungai kecil ...
orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur"

Itu bait penggalan dari sajak yang di buat soe hok gie, saya mulai coba menelaah, apakah ini puncak dari kekecewaan seorang yang dicap tegar, punya pendirian anti kemapanan, kritis tanpa batas ukuran, bergerak hanya berdasarkan nyali yang disokong dari jiwa intelektualnya, atau hanya seorang yang lemah tanpa daya di makan keadaan, di telaan kepalsuan suasana, di tipu kejayaan sementara. Sehingga ia harus berkata mundur dari dunia nyata, untuk kembali kedunia asalnya. Hanya misteri yang di carinya.
Kepiluan juga mungkin sama seperti yang saya rasakan saat ini, kebebasan tanpa batas belum dapat dirasakan, walaupun aku sudah bersumpah tidak akan menuntut atas nama perut dan rupiah. Yang aku minta penghargaan.... ya... cuma penghargaan.... walaupun bukan dalam bentuk rupiah dan bukan pula dalam bentuk acung jempol setinggi langit, apalagi gema sorak sorai dibarengi aplause yang menggelegar di tengah tanah lapang.
Bukan itu BOSS (panggilan untuk orang yang saya hina), aku hanya butuh kenyamanan bukan kemapanan, aku butuh ketenangan bukan rasa was was, aku butuh ekplorasi bukan muka masam yang dipasang seram menatap para bawahan, aku butuh masukan positif bukan teguran ejekan di tengah teman seprofesi, aku butuh belaian bimbingan menjadi profesional bukan tamparan pedas dari ke sok hebatan mu.
BOSS apa anda tidak pernah merasa jadi yang di bawah, apakah anda tidak pernah merasa jadi yang tertindas, apakah anda tidak pernah jadi di lecehkan, apakah anda tidak pernah mendapat perlakuan yang memalukan di depan khalayak ramai.
Apalagi tuntutan yang perlu engkau sampaikan BOSS, apalagi permintaan yang akan memberatkan buat kami BOSS, apalagi yang kami harus lakukan untuk anda BOSS.
Apa kami harus bersujud di bawah telapak kaki mu BOSS, Apa kami harus meletakan muka kami sejajar dengan pantat kami BOSS, Apa kami harus memasukkan jempol kaki kami kedalam hidung kami sendiri BOSS.
Setiap ide yang anda sampaikan, itu ide kami BOSS!, setiap usul yang anda berikan, itu usul kami BOSS!, setiap usaha perbaikan yang anda keluarkan, itu sudah lama kami elukan BOSS.
Tapi apa balasan setimpal yang kami peroleh dari itu semua BOSS? apa BOSS?
Setiap ide kami selalu di anggap ketinggalan, padahal anda baru mempelajarinya BOSS. Setiap usaha ekspresiff yang kami sampaikan, selalu jadi cemoohan mu BOSS.
Satu hal yang kami tentang dari mu BOSS, anda selalu berlagak seperti pemimpin yang tegas bila tampil di depan BOSSmu BOSS! aku bosan dengan semua itu BOSS, kawan-kawan juga sudah bosan dengan semua itu BOSS.
Apakah dengan kekerasan kami harus melawan mu BOSS! saya rasa anda memiliki pengalaman lebih dari kami BOSS, bagaimana anda dulu menjadi seorang bawahan yang tertindas.
Apakah ini ajang balas dendam? sama seperti yang dilakukan para senior di lembaga pendidkan pemerintahan BOSS? sama seperti yang dilakukan oleh para senior genk motor di bandung BOSS?
Kalau dengan pengalaman anda bisa bertindak semena-mena, apakah anda tidak tau, anak buah mu itu, mantan kepala bagian di tempatnya dulu. Apakah anda tidak tau, anak buah mu itu, mantan mahasiswa yang berIPK tinggi. Apakah anda tidak tau, anak buah mu itu, pernah memimpin organisasi BOSS. Apakah anda tidak tau, anak buah mu itu memiliki potensi di bidang yang anda tidak kuasai BOSS.
Di situ ada si fulan mantan ketua Senat mahasiswa, di situ ada peraih IPK cumlaude, di situ ada ahli manajemen, di situ ada seorang yang memiliki tingkat pemahaman sastra yang cukup terpandang, di situ ada yang pernah mengajak massa untuk long march menuntut keadilan.
Akhirnya, aku harus tegaskan melalui sajak yang indah ini BOSS:

TENTANG SEBUAH GERAKAN
wiji thukul

tadinya aku pengin bilang:
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat:
setiap orang butuh tanah
ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang
sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian

aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam?

akhirnya semua akan berteriak:

Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!

Tidak ada komentar: