Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Jumat, Januari 25, 2008

AKU ORANG INDONESIA


"Alon-alon wathon kelakon, gremet-gremet asal selamet"

Kalo tidak salah itu pepatah yang sering di isyaratkan orang tua kepada anak-anaknya. Dan biasanya itu pepatah sangat populer di kalangan ORANG INDONESIA, Lho... lho... padahalkan itu bahasa jawa???? kok bisa dikatakan orang indonesia???
Konon ceritanya dahulu kala di jaman pendudukan VOC kata-kata yang paling terkenal 'kompeni' dan 'inlander' yang artinya dalam pandangan saya 'penjajah' dan 'dijajah', mengalir lagi ke jaman pendudukan bangsa Jepang, yang paling terkenal itu kata-kata 'tabe' yang saya artikan juga 'selamat datang penjajah'.

Tiga setengah abad kita sudah dijajah oleh bangsa berkulit putih, dengan kekuatan balatentaranya yang jelas tidak mengetahui adat istiadat apalagi kebiasaan bangsa kita ini, kemudian kita dijajah lagi selama tiga setengah tahun oleh bangsa kulit putih plus mata sipitnya yang juga bukan dari rumpun bangsa kita, tapi sudah mulai mendekat kearea nusantara kita ini, setelah sang jepang pulang kampung, apakah kita sudah terbebas dengan penjajahan. Jawaban saya ... TIDAK...
Kita masih dijajah bangsa sendiri yang notabene memiliki adat istiadat dan tata krama serta sopansantun yang tinggi yaitu bangsa JAWA. Saya secara terang-terangan sangat membenci penjajah apalagi dari bangsa sendiri.

Mungkin orang yang baru bertemu dan berkenalan dengan saya secara inisiatif pribadinya sudah bisa menebak bahwa saya berasal dari Jawa, karena nama saya dan nama orang tua saya sangat kental jawanya. ya.. JOKO SUTRISNO.... jelas bukan batak apalagi ambon. Tapi saya hampir tidak pernah mengakui kalau saya orang jawa, saya selalu mengakui kalau saya berasal dari PALEMBANG dengan tabiat dan cirikhas orang PALEMBANG, yang ngomong besar, perperilaku urakan kurang sopan tapi inilah saya JOKO PALEMBANG, mungkin kalau ditempat kerja saya menyebut JOKO PALEMBANG sebagian sudah pada tahu dan akan mengarah kepada saya.
Sudah beberapakali saya ngobrol dengan orang ditempat kerja saya selalu menggunakan bahasa jawa, tapi saya selalu menjawabnya dengan bahasa indonesia. Bukan berarti saya tidak bisa berbahasa jawa atau mengerti bahasa jawa, tapi saya hanya menunjukkan bahwa saya bukan orang jawa saya orang Palembang, itu saja. Dan saya tidak mau dan di akan mau di sebut orang Jawa, itu saja.
Dari bahasa pengaruhnya sangat besar bung..., beberapa orang enggan untuk menghandle suatu pekerjaan karena disekitar nya nanti banyak orang jawa dan berkomunikasi dalam bahasa jawa, tapi ia tidak mengerti, itu saja alasannya, sederhanakan? Ini Indonesia bung... Sulitkah berbahasa INDONESIA bukan ENDONESA.
Sudah berapa banyak presiden kita orang jawa, toh... hasilnya segini ini, mengapa orang diluar jawa sangat sulit menjadi presiden atau pemimpin. Di Jakarta sendiri pusat administrasi dan pemerintahan NKRIR ini mempunyai suku bangsa dan orang asli, BETAWI namanya, bukan jawa.
Berapa banyak orang jawa di wilayah Indonesia ini? banyak... banyak sekali bung... sehingga setiap ibu sangat mendambakan para putrinya bisa disanding orang2 jawa itu.
Yah.... akhirnya saya hanya menghimbau untuk tetaplah dengan persatuan dan kesatuan Indonesia, itu saja. Jawa bukan apa-apa bung...... Tapi ingat tulisan ini bukan berarti saya malu kalau nama saya JOKO SUTRISNO, saya hanya memperlihatkan bahwa nama JOKO SUTRISNO itu bukan orang JAWA tapi orang SUMATERA tepatnya PALEMBANG.
seperti biasa saya tutup dengan sajak indah CHAIRIL ANWAR:

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Maret 1943)

Tidak ada komentar: