Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Kamis, Maret 27, 2008

PENJARA WAKTU

Dua puluh empat tahun sudah genap usia ku tiga hari yang lewat. Sangat terasa memang, tapi kesemuanya serasa berlalu secara kencang, cepat dan deras, hingga aku sendiri tidak terlalu dihebohkan dengan datangnya hari itu. Ucapan selamat hari lahir, milad, bahkan happy birthday pun berdatangan, baik itu melalui pesan singkat di handphone maupun melalui kotak surat elektronik. Siapa-siapa orang yang mengirimkan itu pun aku sudah tahu dan kenal cukup lama, walau sebagian dari pengirim melalui electronic mail tak pernah bertatap muka secara langsung dengan ku, tapi tetap aku merasa sudah cukup mengenalnya.

"Hari bahagia, hari yang penuh makna" mungkin itu lah kalimat tersering yang aku dengar dari lantunan syair-syair indah yang pernah dilantunkan oleh pelantun suara indah, untuk menyampaikan antusiasme terhadap satu momen untuk memperingati hari yang selalu ditunggu setiap tahun oleh sebagian besar manusia penghuni tanah bulat ini.

Sempat terbersit juga memang, mungkin di saat bersamaan juga ada orang atau mahluk di dunia bagian lain yang juga menanti atau mengharapkan datangnya hari itu, mungkin karena di hari itu ia akan mendapatkan lotre, atau menantikan kedatangan hadiah undian dari salah satu bank, atau malah ada yang bertolak belakang dengan mereka hingga sangat membenci akan datang hari itu. Yah.... pikiran ku kembali melayang, berbagai khayalan pun melambung menikmati hasil karya ilahi yang selalu diklaim sebagai produk terpuji dan sangat berharga di antara sekian banyak karya yang sudah di hasilkan sang pencipta.

Sampai pada akhirnya aku pun melihat testi dari salah seorang teman 'maya' yang isinya:

Harimu terus berjalan kawan
Umurmu terus berkurang tak tertahan
Takdir terkadang tak terbantahkan
Namun hidup kan terus berjalan

Bon anniversaire... Moga bisa terus berkarya, makin dewasa dalam hidup dan dalam iman.

Disini aku seakan-akan dipaksa untuk berpikir keras. Mencerna makna yang tersimpul di antara untaian kata-kata singkat itu.

'Harimu terus berjalan kawan'
aku terus termangu menatap rangkaian kata itu, apakah benar aku telah melalui jalan yang panjang menapaki gang paling terkenal bernama hari-hari [waktu]. Aku merasa sepertinya singkat saja aku melewati masa-masa dimana aku tidur dipangkuan ibu ku, dengan sapuan tangan kasar namun penuh kasih itu mengusap rambutku. AH..... ternyata itu sudah lama terjadi, tampaknya masa itu tak akan kembali lagi.

' Umurmu terus berkurang tak tertahan'
Disini merasa sangat terpukul dengan untaian kata itu, bagaimana tidak, bukannya hari itu digit angka di badan ku bertambah?. Kok, malah ia katakan kalau umurku semakin berkurang, Ah.... tampaknya ada lagi orang yang kembali menakut-nakuti ku mengenai persoalan pengakhiran hidup.

' Takdir terkadang tak terbantahkan'
Iya memang aku sangat meyakini akan adanya takdir, terus... maksudnya 'tak terbantahkan' itu maksudnya apa? Aku hanya melihat takdir ku ini aku lalui, aku jalani, dan aku nikmati, tanpa ada penyesalan. Lalu takdir seperti apa yang dimaksudkannya itu. Sepertinya ia ingin terus menakut-nakuti ku dengan bahasa tuhan lagi.

' Namun hidup kan terus berjalan'
Jelas aku akan hadapi itu, aku bukan orang yang stagnan atau statis, berdiam diri menunggu nasi datang dihadapan mulut busuk ku, kesemuanya telah aku lalui sampai dengan hari itu datang. Tak ada yang aneh, dengan adanya tekad dan semangat berkobar didalam dada sesak yang talah penuh dengan asap rokok ini, aku tetap harus menjalankan misi pencarian ku yang belum terselesaikan. Terjawabkah?

' Bon anniversaire...'
yang ini aku tidak mengerti maksudnya apa, tapi yang jelas ini seperti ucapan 'happy anniversary' aku rasa. Tidak ada yang harus diselamatkan atas diriku, atau jangan-jangan ini suatu pengucapan agar aku terus bisa menjaga kesalamatan orang lain. Tapi tetap ini hanya dugaan subyektif ku saja.

'Moga bisa terus berkarya, makin dewasa dalam hidup dan dalam iman.'
Kalimat pertama sebelum tanda koma (,) itu sangat aku hargai, aku akan terus berkarya dalam bentuk apapun sebagai perwujudan dari apa yang aku cari. Namun kalimat kedua sebelum diakhiri tanda titik (.) itu, apa pula maksudnya. Dengan nominal angka yang telah aku kantongi sekarang ini, apa belum bisa mempertontonkan kalau aku ini sudah mencapai fase orang dewasa dalam hidup, sudah berbagai macam penerimaan aku rasakan dalam hidup, dan dengan keyakinan reliji ku sekarang, aku rasa itu juga masih tetap masuk dalam satu buku misi ku sekarang, kan?


Walau demikian tetap saja secara keseluruhan aku sangat layak berbangga hati bisa mendapatkan teman, walaupun ia tidak bisa mengirimkan hadiah berupa benda atau juga bunga, tapi dengan mengirimkan rangkaian kata-kata itu aku merasa masih ada orang yang mampu meluangkan waktunya untuk berpikir sejenak kemudian mengetukkan kesepuluh jarinya diatas keyboard agar terciptanya untaian kata-kata indah. Akhirnya dengan tulus ikhlas dan dengan penuh penghormatan tertinggi diatas kepala Hitler aku ucapkan 'TERIMA KASIH' kepada yang mengirimkan kado terindah itu.

"Selamat Ulang Tahun, Selamat Hari Lahir, Selamat Hari Raya, Selamat Hari Peringatan, Selamat atas Pertambahan Umur, Selamat atas Perolehan Angka Baru,
Selamat Datang di Gerbang Baru, Selamat Menikmati Hidup di Grade yang Baru."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

APAKAH MASIH ADA YANG HARUS BERTANYA LAGI

apakah masih ada yang harus bertanya lagi

di saat semua sudah tersinar pagi
tak ada yang bisa terganti dihari ini
sinar hitam pekat berlari tanpa henti-henti
mengejar semua isi perut bumi
tak ada yang bicara persoalan ganti rugi
sepertinya ibu suri masih tetap terlelap akan kata-kata berani

apakah masih ada yang harus bertanya lagi
sekembali ia mencari bunyi perkusi di negeri sehari
akankah ia pergi mencari jangkrik-jangkrik bernyanyi di pinggir kali
walaupun tak pernah sekalipun ia jingkrat-jingkrat menari seudati
tapi hanya tampak dari muka yang berseri tanpa harapan pasti ini
sangat jelaslah sudah, semua sudah tak ada arti bagi dirinya sendiri
pengejarannya telah sampai di titik terperih hari ini
hingga di hari pengakuan pun tak pernah ia hadir disini

apakah masih ada yang harus bertanya lagi
kemana aku semalaman tak berada disini
aku mencari semua yang pernah dicuri
sakit gigi, sakit hati, sakit rasanya berada disini
tak pernah aku pergi berlari dari perkara mati
malah aku sering menantang apa itu kekal abadi
aku cari semua yang menginjak bumi
untuk bersama berlari mencari hidup abadi
terhindar dari semua pencuri hak dan harga diri
teriakanlah.......
temani aku jangan biarkan aku sendiri
aku hanya ingin mempertontonkan apa itu hati nurani

(jakarta, 27 maret 2008)


2 komentar:

presty larasati mengatakan...

wah wah...

met milad, temen baru...
:D

afwan, hanya satu kalimat..
tapi semoga bisa mengawali silaturahmi yang indah :)

Ranny Rachma Suci mengatakan...

selamat hari lahir yah bang joko semoga jadi orang yang lebih baik yah