Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Selasa, Juni 17, 2008

DONGENG


DONGENG

bercerita dahan kepada bunga

betapa indahnya hal ikhwal tumbuhnya buah
manis asam tiap bayi yang dilahirkannya
hingga teriakan sakit termakan malam

mendayu angin berkelebatan

mencari sela diantara kesejukan

bagai singa mengitari mangsa
yang mengincar rusa gering

tanpa suara tanpa bahasa,
ternyata akar yang bersembunyi
ikut mendengarkan dengan khusyuk
walau ia harus menahan berat pijakan pohon

dongengnya belum usai
tapi telah mencapai titik yang paling berbahaya
perkara getah yang mengering
di kulit bapak pohon angkuh

saking asiknya, dahan tak lagi merasa
kalau encoknya telah menjalar
ke tiap sumsum kambiumnya
"kraaak!" patahlah ia

seperti menonton dagelan jawa kuno
daun-daun kuning terkekeh menyaksikan semua
sampai-sampai ia harus beterbangan terbawa angin
menemani untaian-untaian dahan di tanah tuhan

bunga terus menatap gelisah
kepergian dahan ke ranah orang,

karna tahu kalau dongeng belum usai
"lalu, kapan buah mematahkan tungkai?"


(jakarta, 17 juni 2008)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

PERTAMAXXXXXXX

Anonim mengatakan...

*nyenge