Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Minggu, Agustus 22, 2010

BALADA PAK SARJIO

BALADA PAK SARJIO

pak sarjio pak sarjio
hadirmu di malam buta
meski kaki tak beralas
kau tetap tersenyum sumringah
gerobak butut sumber hidup
senantiasa bergembira dibelakangmu
sesekali ia berdenyit cekikikan
karna roda hitam tumpuannya
hampir lima tahun tidak berganti

pak sarjio pak sarjio
malam ini putri mungilmu menemani
shakila namanya
usianya belum genap lima belas
tapi kau beri ia sebatang djarum super
"supaya jadi super layaknya jarum" katamu

hei... ini gerobak ku
iya gerobak mungil ini
bapak buatkan khusus untukku tadi pagi
shakila perkenalkan kekasih barunya padaku

pak sarjio pak sarjio
malam ini malam kesepuluh bulan puasa
kau lukai seisi jakarta dengan senyummu
dan lenggak lenggok si mungil shakila
tak ubahnya semangat tanpa batas
dan sesekali kakimu kau pijit
sebagai bukti usiamu tak muda lagi

kau ketuk tiap kendaraan yang melintas
tanpa kau sentuh jendelanya
anggukan kepala tanda peduli sesama
sekalipun nyamuk ganas kota jakarta
tetap kau jamu dengan senyum

pak sarjio pak sarjio
putrimu mulai mengantuk
kau ikatkan gerobak mungilnya
persis dibelakang gerobakmu
dan shakila meringkuk didalamnya

akan ku tarik bebanmu nak
malam ini masih sahabat kita
aku cinta hidup ini
hidup yang penuh semangat
hidup yang penuh aroma
hidup yang penuh perjuangan
dan yang pasti
aku cinta hidup mu

pak sarjio pak sarjio
letupan petasan memaksamu pulang
kerumah-rumahan yang kau cipta
dipelipir jalur perlintasan ular besi
hmm.... rumahku surgaku

(jakarta, 20 agustus 2010)

1 komentar:

sandra palupi mengatakan...

aku perlu dua tiga kali baca, untuk mencernanya.. potret sosial yg mestinya membangkitkan kesadaran bagi semua drngan melakukan apapun, seperti penyair dengan puisinya ini, yang bisa menjadi jembatan.