Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Rabu, Agustus 15, 2012

MENDUGA


salahkah jikalau kita menduga?
atau kah dosa pabila kita menggandakan takdir
padahal kita tidak pernah tahu, tiap jejak yang kita tinggalkan
terkadang menjadi musabab duga-dugaan itu

duga duga duga
sejak adam diturunkan ke dunia pun
ia menduga-duga akan dimanakah hawa berlindung
hingga kita dilahirkan ibu juga tak jauh beda
beliau menduga-duga akan seperti apa kita nantinya

sejenak saja kita merenung akan duga-duga isi kepala sendiri
dalam kesendirian kita menduga, ada dimana kita saat ini

kita selalu menduga yang berdiri kokoh itu adalah pohon
kita selalu menduga yang berada diatas kita itu adalah langit
kita selalu menduga yang kita injak ini adalah tanah
kita selalu menduga bahwa air itu tak berwarna
kita selalu menduga, menduga, dan terus menduga

hingga pada akhirnya kita harus berpikir sendiri
bahwasannya pikiran kita ini adalah dugaan-dugaan
jadi, salahkah jikalau kita menduga?

Jambi, 15 Agustus 2012

2 komentar:

sandra palupi mengatakan...

Kita bebas. Bahkan dalam hal menduga, semua orang bebas melakukannya. Bagaimana bersikap atas dugaan itulah, kelak yang akan menentukan benar salahnya.

*sotoyyy* :p

Cheese Cake mengatakan...

biasalah om, sehari-hari makanannya dugaan melulu ^_^ cuma elu yang bersih dari sakwasangka... *ngomong gapakemikir*