
Sepertinya amat menyakitkan baginya, sampai-sampai ia tetap merasa dirinya dibawah dengan terus meminta walau tidak secara direct hanya kata-kata kiasan yang dibuat agar suatu saat bekas kekasihnya dapat melihat apa akibat dari perbuatannya. Malang benar nasibnya, yang aku tahu kalau ia berjenis kelamin wanita, tapi itu bukan suatu alasan baginya untuk mengalah hingga terus mendera sampai berpeluh-peluh air mata.
Bah.... ini merupakan satu lagi pelajaran buat ku sendiri, apakah aku akan menjadi seperti mantan kekasih sang gadis nantinya hingga dengan begitu aku bisa mendapatkan kepuasan mendapatkan julukan 'penakluk wanita'. Buruk benar citra seorang pria kalau begitu. Pelajaran ini akan aku simpan rapat-rapat hingga suatu saat aku akan perlu membukanya lagi.
Dengan demikian tepatlah keputusan ku untuk tetap bertahan dengan kesendirian sampai suatu saat nanti yang aku pun tak mengetahuinya, tidak akan merasa risih atau pun gelisah walau tanpa wanita saat ini. Sebagai bentuk interest ku akan legenda yang telah diukir teman 'maya' ku itu, sebuah sajak ringan untuknya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
POHON PEMBAWA DUKA
(untuk dia yang menanti)
hujan telah berhenti
langit pun sudah cerah kembali
sudahlah, segera lipat payung jingga mu
pelangi akan lebih indah bersama awan
apa kau tak merasa malu
mentari terbahak melalui pancaran itu
ya...
ia akan terus terkekeh menertawai mu
bangunlah rumah dari rumput hijau
jangan kau toleh lagi pohon besar itu
aku tahu...
hikayat pohon besar pembawa harap palsu
pohon itu lah yang sedari tadi melindungi mu
tapi ia kan tak memberimu kedamaian firdaus
kau pun dirasakan sama olehnya
malah saqor membara yang ia rasa darimu
apalagi yang kau harap darinya
toh... kau tak bisa memilikinya
aku hanya berharap bisa melipat payung jinggamu
dan tegas berlari menjauhi pohon besar itu
(21 februari 2008)
(untuk dia yang menanti)
hujan telah berhenti
langit pun sudah cerah kembali
sudahlah, segera lipat payung jingga mu
pelangi akan lebih indah bersama awan
apa kau tak merasa malu
mentari terbahak melalui pancaran itu
ya...
ia akan terus terkekeh menertawai mu
bangunlah rumah dari rumput hijau
jangan kau toleh lagi pohon besar itu
aku tahu...
hikayat pohon besar pembawa harap palsu
pohon itu lah yang sedari tadi melindungi mu
tapi ia kan tak memberimu kedamaian firdaus
kau pun dirasakan sama olehnya
malah saqor membara yang ia rasa darimu
apalagi yang kau harap darinya
toh... kau tak bisa memilikinya
aku hanya berharap bisa melipat payung jinggamu
dan tegas berlari menjauhi pohon besar itu
(21 februari 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar