
Betapa Aku Sangat Mengecewakan Bapak
pagi itu dengan mata yang berkaca-kaca
tampak raut harap tak terbendung dimuka bapak
dibolak-baliknya setiap halaman koran
mencari satu persatu diantara urutan nama
dengan kacamata minusnya ia menelusuri
setiap abjad huruf dan angka, tak ada yang terlewat
layaknya mencari jarum ditumpukkan jerami
lalu digerakkan melingkar pena ditangannya
tapi, itu tidak membuatnya berhenti mencari
malah semakin bersemangat lagi ia mencari
diantara ribuan nama yang tercetak disitu
ini untuk keempat kalinya ia baca koran yang sama
tanpa sadar eluhnya semakin keras
semakin keras ia mencari
semakin terlihat kepanikannya
semuanya nihil tanpa hasil
hingga akhirnya dihempaskan koran itu
hilanglah sudah mimik muka penuh semangat tadi
kini semua telah berganti dengan muka kecut masam
penuh penyesalan akan kehilangan harap
sembari mengisap rokok filter kesukaannya
duduklah ia diantara ceceran kertas-kertas koran tadi
matanya menerawang kosong, jauh entah kemana
melamunkan harapnya yang lenyap pagi itu
ternyata koran terbitan dua hari lalu itu
telah membuat hancur harapan bapak
memang itu kesalahan ku
bukan kesalahan bapak
walau aku punya alasan mengapa aku tidak diterima
harusnya aku yang menyesal, bukannya bapak
tapi tetap saja tak tega aku melihatnya
betapa aku sangat mengecewakan bapak
(18 April 2008)
1 komentar:
jalan trus saudaraku...
tutup kupingmu...orang cuma bisa berbicara,
majukan pandanganmu..orang pasti akan memanggil dari belakang..
kamu terlahir bebas...dengan segala hak-hak kebebasan yang melekat di akte lahir aras mu
tak ada diantara kita yang layak jadi budak......budak muda yang tertindas
Posting Komentar