PERGI ATAU MENINGGALKAN
pohon dan rumput semakin tak jelas
berlari kencang tinggalkan aku
tanpa toleh maupun sapa
disudut malam terlintas setitik dian
para penjaja perut mulai menari
tersungging manis senyum bibirnya
di tempat pemberhentian kaki
entah terbuat dari apa senyum itu
hingga kini tak ada habisnya
meski waktu tlah lama membosan
dan sekarang satu persatu bibir
mulai menjaja senyum pahit
seakan memainkan kisah baru
tanpa syair apalagi naskah
dibenakku hanya ada satu tanya
aku kembali atau meninggalkan.
(teluk gelam, 23 februari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar