
Pabila sebuah usaha pertemanan tanpa disengaja telah menjadi petaka satu hubungan romantisme. Praha kamis dini hari sangat tepat untuk paksa semua kembali seperti sediakala: Individualis, picik, asumsi.
Dan. Hari ini dimulai pada kata berhenti. Walau berhenti tak menghentikan segala bentuk usaha membangun hubungan. Apalagi membunuh realitas kehidupan pribadi serta kepublikan. Mungkin hanya akan mengungkapkan lagi kata gagal yang pernah terlewat.
Lagi-lagi kebersamaan kata dan suara yang terus dijadikan perkara asumsi negatif. Padahal, untuk mengetahui seberapa jujur seseorang akan lebih efektif melalui bahasa tutur. Sebuah hubungan akan terus terjalin dengan damai ketika pelakonnya sendiri merasa memiliki satu selera, satu penyepakatan. Pada akhirnya layak untuk dinikmati dan dijalani. Bukan dengan saran, pun bukan pula dengan paksaan.
Sebagaiamana telah dibicarakan. Membaca. Mengukur. Adalah pedoman yang paling tepat untuk merangkai jalinan pertemanan ini secara baik. Karna segala bentuk usaha Menyikapi berawal dari dua kata itu. Tujuannya tidak lebih, hanya menemukan pola-pola baru dalam menata kehidupan lebih baik sesuai dengan apa yang diinginkan pribadi pelakon, juga publik yang berperan sebagai pengonsumsinya.
Baiknya runut kembali awal mula terjadinya petaka itu. Rumput ilalang takkan mampu tumbuh tanpa perantara air.
Aku masih tetap sama. Tanpa saran. Hanya mengingatkan untuk beristirahat sejenak. Sampai tiba waktunya nanti akan ada pergerakan yang berarti. Lagi.
------
NYA Kalahkan Aku
Putuskan hanya kepada NYA
Tuhan pencipta kamu
Rasakan hanya kepada NYA
Tuhan pelembut kamu
Berikan hanya kepada NYA
Tuhan pembentuk kamu
Suarakan hanya kepada NYA
Tuhan pendengar kamu
Undurkan hanya kepada NYA
Tuhan penguasa kamu
Tegaskan hanya kepada NYA
Tuhan penyayang kamu
Nyatakan hanya kepada NYA
Tuhan pengasih kamu
Aku masih bertuhan kepada NYA
Dialah NYA
Moral, Rasa, serta Keindahan
Dan NYA mengalahkan Aku
(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar