
DONGENG
bercerita dahan kepada bunga
betapa indahnya hal ikhwal tumbuhnya buah
manis asam tiap bayi yang dilahirkannya
hingga teriakan sakit termakan malam
mendayu angin berkelebatan
mencari sela diantara kesejukan
bagai singa mengitari mangsa
yang mengincar rusa gering
tanpa suara tanpa bahasa,
ternyata akar yang bersembunyi
ikut mendengarkan dengan khusyuk
walau ia harus menahan berat pijakan pohon
dongengnya belum usai
tapi telah mencapai titik yang paling berbahaya
perkara getah yang mengering
di kulit bapak pohon angkuh
saking asiknya, dahan tak lagi merasa
kalau encoknya telah menjalar
ke tiap sumsum kambiumnya
"kraaak!" patahlah ia
seperti menonton dagelan jawa kuno
daun-daun kuning terkekeh menyaksikan semua
sampai-sampai ia harus beterbangan terbawa angin
menemani untaian-untaian dahan di tanah tuhan
bunga terus menatap gelisah
kepergian dahan ke ranah orang,
karna tahu kalau dongeng belum usai
"lalu, kapan buah mematahkan tungkai?"
(jakarta, 17 juni 2008)
bercerita dahan kepada bunga
betapa indahnya hal ikhwal tumbuhnya buah
manis asam tiap bayi yang dilahirkannya
hingga teriakan sakit termakan malam
mendayu angin berkelebatan
mencari sela diantara kesejukan
bagai singa mengitari mangsa
yang mengincar rusa gering
tanpa suara tanpa bahasa,
ternyata akar yang bersembunyi
ikut mendengarkan dengan khusyuk
walau ia harus menahan berat pijakan pohon
dongengnya belum usai
tapi telah mencapai titik yang paling berbahaya
perkara getah yang mengering
di kulit bapak pohon angkuh
saking asiknya, dahan tak lagi merasa
kalau encoknya telah menjalar
ke tiap sumsum kambiumnya
"kraaak!" patahlah ia
seperti menonton dagelan jawa kuno
daun-daun kuning terkekeh menyaksikan semua
sampai-sampai ia harus beterbangan terbawa angin
menemani untaian-untaian dahan di tanah tuhan
bunga terus menatap gelisah
kepergian dahan ke ranah orang,
karna tahu kalau dongeng belum usai
"lalu, kapan buah mematahkan tungkai?"
(jakarta, 17 juni 2008)
2 komentar:
PERTAMAXXXXXXX
*nyenge
Posting Komentar