
SAMBUTAN PAGI HARI
bermula lagi di pagi hari
perasaan gamang tak tertata
melayang lepas bersama embun basah
sementara harapan-harapan pembebasan
masih malu tampakkan batang hidungnya
dari sini aku berusaha belum terjaga
dari mimipi-mimpi kehidupan khayal
dari buaian-buaian kenikmatan semu
dari iming-iming kecintaan palsu
dari penantian-penantian yang tak usai
dipaksa aku berdiri di persimpangan
bersama rasa gundah yang terus membusuk
di ruang sempit dinding-dinding redup
pertautan malam dan siang
pancaran mentari pagi kali ini tetap sama
membekukan otak masa mudaku lagi
selalu mengiringi lantunan irama tua
yang tak bosan-bosan mengerubuti
aku terbawa ke masa hilang
menatap tetesan air mata bunga
hijau, kuning, coklat
muda, tua bahkan setengah nyawa
dibuat layaknya kere-kere mata setan
yang melirik ke tempat pembuangan raga
mengincar kepala, dengkul, juga tempurungnya
disini, aku masih berperang dengan pagi
mencoba melindas segala resah dunia
menawar tawar bala bantuan
membuka buka wacana tawa
meski harus terbantahkan lagi oleh pagi
kerna anggapmu pandanganku marabahaya
aku masih terkurung kandang pagi
kepercayaan membunuhku
kompromi memenggalku
solusi memerangkapku
juga alasan masih menjebakku
pagi.
oh pagi.
mungkinkah aku tak sanggup
menyambutmu kembali esok hari
setelah kau biarkan malam menyelimuti lelapku
bagai kepompong mati yang terus
tebarkan pesona kupu-kupu pagi.
(palembang, 20 maret 2009)