
Chairil Anwar
Kita musti bercerai
Sebelum kicau murai berderai.
Terlalu kita minta pada malam ini.
Benar belum puas serah menyerah
Darah masih berbusah-busah.
Terlalu kita minta pada malam ini.
Kita musti bercerai
Biar surya ?kan menembus oleh malam di perisai
Dua benua bakal bentur-membentur.
Merah kesumba jadi putih kapur.
Bagaimana ?
Kalau IDA, mau turut mengabur
Tidak samudra caya tempatmu menghambur.
(7 juni 1943)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
semakin hari
semakin ndak jelas
semakin bingung
semakin tenggelam
semakin penat
semakin mengeluh
semakin nyungsep
hidup dimakan rutinitas
maya hadir di benak
tidak ada kejelasan
hanya dijadikan pemuas
sekaligus pelumas
tidak ada harga
yang ada hanya rasa
berbuat selalu koreksi
bertindak untuk saksi
tidak ada yang berarti
spesial hanya dibuat mimpi
keinginan tampil di kamar mandi
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
menatap sekeliling hanya wajah sendu
yang terlihat, sedikit keceriaan
walau terkadang ada riuh kecil
suara cekikikan
sang bapak berdiri tegak
dengan gagah berarak
tak ingin bertemu anak
sang anak hanya minta ditanak
seberat inikah hidup
sampai-sampai kuncup
tak mau untuk hidup
jangan lihat!
terus tertunduk!
itu bukan bapakmu
2 komentar:
emang edan tuh puisinya chairil anwar. keren...
satu tanda tanya atas beliau (chairil), siapakah gerangan 'IDA' yang sesekali tampil di bait-bait puisinya???
lam kenal wong kito :)
tapi pak djoko juga gak kalah hebatnya dalam menulis. Mantaaaap!!
Posting Komentar