Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Jumat, Maret 20, 2009

SAMBUTAN PAGI HARI



SAMBUTAN PAGI HARI


bermula lagi di pagi hari
perasaan gamang tak tertata
melayang lepas bersama embun basah
sementara harapan-harapan pembebasan
masih malu tampakkan batang hidungnya

dari sini aku berusaha belum terjaga
dari mimipi-mimpi kehidupan khayal
dari buaian-buaian kenikmatan semu
dari iming-iming kecintaan palsu
dari penantian-penantian yang tak usai

dipaksa aku berdiri di persimpangan
bersama rasa gundah yang terus membusuk
di ruang sempit dinding-dinding redup
pertautan malam dan siang

pancaran mentari pagi kali ini tetap sama
membekukan otak masa mudaku lagi
selalu mengiringi lantunan irama tua
yang tak bosan-bosan mengerubuti

aku terbawa ke masa hilang
menatap tetesan air mata bunga
hijau, kuning, coklat
muda, tua bahkan setengah nyawa

dibuat layaknya kere-kere mata setan
yang melirik ke tempat pembuangan raga
mengincar kepala, dengkul, juga tempurungnya

disini, aku masih berperang dengan pagi
mencoba melindas segala resah dunia
menawar tawar bala bantuan
membuka buka wacana tawa
meski harus terbantahkan lagi oleh pagi
kerna anggapmu pandanganku marabahaya

aku masih terkurung kandang pagi
kepercayaan membunuhku
kompromi memenggalku
solusi memerangkapku
juga alasan masih menjebakku

pagi.
oh pagi.
mungkinkah aku tak sanggup
menyambutmu kembali esok hari
setelah kau biarkan malam menyelimuti lelapku
bagai kepompong mati yang terus
tebarkan pesona kupu-kupu pagi.

(palembang, 20 maret 2009)