Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Minggu, Juni 29, 2008

KECEWA KU KINI




KECEWA KU KINI

genderang perang bertalu
lepas zulfikar memburu
musuh tampak, musuh silap
tersedak liur kerongkongan

desir merah mengalir kencang
bersatu kaki depan belakang
memacu gerak,

lompat,
loncat,
karang tak pecah

maju ke depan,
toleh belakang,
genderang perang bertalu
lepas zulfikar memburu

(jakarta, 29 Juni 2008)

Jumat, Juni 20, 2008

SANGKAR


PULANG

tapi engkau bukan lagi bintang cahya,
engkau kerap berkerut,
redup sayu diantara mega
harap rapuh di dada pejalan kaki.
sibakan tabir buah ratap,
akan menebak titik sinar,
terus benderang,
ah, dada yang terluka, meradang,
pulang kebelakang.

(jakarta, 20 Juni 2008)


PILIH


PILIH

sesampai 'ku di persimpangan redup,
tempat pertautan malam siang,
tampak kerling di antara gemerlap,
mengajak memilih dua tiga tikungan,
mengarah kejalan sampah
atau berderap di pasir tinja,
tak 'ku temui panah kiri kanan,
tungkai lemah, dengar mendengar,
orang bicara isteri-anak,
lainnya berdebat politik,
di sebagian kecil berbisik lapar,
dan aku masih berdiri dipersimpangan,
menanti dinda tukar pakaian,
karna sandung menyandung bukan lagi agama

(20 Juni 2008)

Selasa, Juni 17, 2008

DONGENG


DONGENG

bercerita dahan kepada bunga

betapa indahnya hal ikhwal tumbuhnya buah
manis asam tiap bayi yang dilahirkannya
hingga teriakan sakit termakan malam

mendayu angin berkelebatan

mencari sela diantara kesejukan

bagai singa mengitari mangsa
yang mengincar rusa gering

tanpa suara tanpa bahasa,
ternyata akar yang bersembunyi
ikut mendengarkan dengan khusyuk
walau ia harus menahan berat pijakan pohon

dongengnya belum usai
tapi telah mencapai titik yang paling berbahaya
perkara getah yang mengering
di kulit bapak pohon angkuh

saking asiknya, dahan tak lagi merasa
kalau encoknya telah menjalar
ke tiap sumsum kambiumnya
"kraaak!" patahlah ia

seperti menonton dagelan jawa kuno
daun-daun kuning terkekeh menyaksikan semua
sampai-sampai ia harus beterbangan terbawa angin
menemani untaian-untaian dahan di tanah tuhan

bunga terus menatap gelisah
kepergian dahan ke ranah orang,

karna tahu kalau dongeng belum usai
"lalu, kapan buah mematahkan tungkai?"


(jakarta, 17 juni 2008)

AKU LAGI PAYAH

Sudah hampir satu bulan ini aku merasakan susah sekali menuangkan segala sesuatu ke dalam rangkaian kata-kata berrima. Mungkinkah aku memang tak berbakat dibidang ini? Ataukah kemampuan ku menuangkan keadaan ke dalam sebuah sajak telah ditarik yang maha Esa?

Baku hantam di dalam kepala ini terasa sampai degub-degub jantung. Bagaimana tidak, aku merasa mandul-tak berkarya-dari itu semua. Sudah berbagai macam cara di coba agar semua bisa kembali normal seperti sebelumnya. Tapi, hasilnya tetap saja gagal. Sajak ku banyak yang gagal. Tidak berasa dan aku buang.

Yah...., sepertinya aku harus banyak membaca dan belajar lagi dari kawan-kawan yang berstatus seniman, seraya mengulas lagi kata-kata yang pernah tercetak dari jari-jari kurus ini.


-------------------------------------------------------
KERTAS PUTIH

kertas putih ini telah bernoda
ada yang hitam
ada pula yang berwarna merah
belepotan tak berbentuk

aku hampir menyesal
tapi, bisa apa aku ini?
karna sekarang,
kertas putih itu telah bernoda
belepotan tak berbentuk

aku ingin kertas putihku kembali
aku ingin membuat coretan
di tiap lembar kertasku
tapi, kertas putih itu telah bernoda
belepotan tak berbentuk lagi

(jakarta, 17 juni 2008)