Bukan Kristen atau Yahudi atau Muslim, bukan Hindu, Budha, sufi, atau zen. Bukan agama atau sistem budaya apa pun. Bukan dari Timur atau Barat, bukan keluar dari samudera atau timbul dari darat, bukan alami atau akhirat, bukan dari unsur-unsur sama sekali. Aku bukan wujud, bukan entitas di dunia ini atau akhirat, bukan dari Adam atau Hawa atau cerita asal-usul mana pun. Tempatku adalah Tanpa-Tempat, jejak dari yang Tanpa-Jejak. Bukan raga maupun jiwa.

Jumat, Februari 29, 2008

KISAH HARI INI


Kalaupun masih bisa berandai-andai, alangkah indahnya bisa menampilkan hidup damai dengan segala keseimbangan di permukaan tanah yang diklaim kepemilikannya oleh sang pencipta ini. Aku merasa itu tidak muluk-muluk, hanya saja pencapaian ke taraf damai itu masih sulit di tembus dengan jerih payah keringat beberapa mahluk saja. Apalagi untuk mengangkat keseimbangan diatas segala bentuk ketimpangan yang ada sekarang ini, ah.... tampaknya aku masih harus tetap berkhayal untuk itu semua.

Hari ini tepat tanggal hari Rabu 28 februari 2008, kembali aku harus mencatatnya kedalam buku khayal kucel dan lecek yang tak kalah usangnya dengan pakaian yang ku pakai hari ini. Hidup di belantara hiruk pikuk kota dengan berbagai macam karakter jenis manusia adalah perperangan paling berat, ketimbang aku harus ikut menghadapi ribuan kafir yang bermusuhan di medan perang karbala yang penuh dengan penghianat. Tapi itu lah keberkahan dan rahmat pemberian secara percuma dari sang Khalik maha dari segala maha, hanya saja di setiap peperangan hidup ini akan ada yang disebut sebagai golongan imamah. Golongan itu dibentuk bertujuan agar kesemuanya bisa berjalan beriringan di bawah satu komando sang komandan.

Sayangnya, siapakah golongan imamah yang dimaksud itu? Anda kah? Bapak anda kah? Kakek anda kah? Aku tak pernah tahu itu semua. Yang jelas aku beranggapan imamah buat ku bukanlah sang Bambang Yudhoyono yang setiap kali selalu tampil di koran tempat ku bekerja, bukan pula sang Nurwahid mantan presiden partai pengekspolitasi kaum hawa, Bukan sang Sutanto dengan sok gagah memamerkan bintang jasa di seragamnya ditambah terselipnya sepucuk revolver gagang hitam berisikan 8 butir peluru di panggulnya walau demikian sangat sering ia tampil tidak pede hingga kemana-mana harus ditemani bawahannya, Jelas Bukan mereka semua.

Lalu apakah aku harus mengakui golongan imamah itu dari golongan terpelajar layaknya Sang Amien yang telah dianggap sebagai tokoh reformasi dulu, Bukan dia. Apa pemilik perusahaan tempat ku bekerja Sang Tanu itu adalah salah satu dari imamah, rasanya aku tidak yakin. Atau sang Pemimpin Redaksi di tempat ku bekerja. Bah.... apalagi dia, sangat jelas sekali bukan dia walau terkadang banyak dari Om-Om redaktur menyanjungnya.

Ternyata semakin dicari sang imamah semakin ngibrit saja lari dari dunia nyata ini. Hingga mengharuskan semua penghuni yang papa layaknya aku disini terombang-ambing memilih jalan ke kanan atau kekiri, harus menerjang maju atau menarik mundur dari dunia.

Jangan katakan kalau aku Pria tak berguna karena berputusasa dengan keadaan, jelas anda salah besar bung..., Aku hanya sedikit bersedih dengan kondisi di tempat ku bekerja, yang mana disetiap permasalahan muncul tidak pernah ada penyelesaian kongkret, padahal itu sudah jelas apa yang menjadi biang dari permasalahan, sampai-sampai harus kehilangan rekan kerja sebanyak tiga orang dibulan ini.

Layaknya orang yang tidak bisa menuntut, mereka pun harus menarik mundur pasukan bertombak didalam hatinya sebab mereka beranggapan tidak ada harta rampasan di tempat ini, yang ada hanya kekalahan memalukan diterimanya. Yang harus tereliminasi itu bukan lah orang sembarang, mereka tergolong pioneer disini.

Seperti biasa aku tidak banyak berharap kalau tulisan ini dibaca oleh mereka ataupun oleh pemilik kehidupan di tempat kerja ku. Sampai dengan hari ini aku hanya mencoba untuk mencari sela dimana aku harus mulai mengakhiri ini semua, tampaknya obrolan warung kopi harus dipersering intensitasnya untuk membentuk rasa persatuan diantara sesama. Dan, kalaupun itu juga ternyata bisa dipatahkan, mau tidak mau aku pun melanjutkan pergerakan yang dimulai dengan jalan harus mundur teratur meninggalkan bekas sesal bagi mereka yang ditinggalkan.

Yah... aku rasa cukup sudah catatan ku hari ini di buku khayal kecil nan kucel didalam otak penuh andai-andai. Untuk sekarang aku harus bertahan karena perjuangan masih berlangsung.......

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KISAH HARI INI
(sang jago berpindah tangan)

tak ubah ayam kampung di palmerah
dimasukkan semua kedalam kurungan
lalu dikeluarkan satu persatu lewat lobang kecil
kemudian datang lah pembeli
nanar mata sang jago sambil komat kamit
berharap tuan baru memberi jagung
bukan dedak seperti tuan sekarang
tanpa embikan layaknya kambing
perpindah tangan lah sang jago hari ini
(jakarta, 29 februari 2008)

Kamis, Februari 28, 2008

AKU BUKAN ORANG ANEH


Disaat semua orang mulai berbondong-bondong harus pulang berjejal-jejalan mengejar bus juga kereta api dengan peluh dan kepenatannya, disaat itulah aktivitas ku dimulai. Namun di kala semua orang harus mengawali aktivitasnya di pagi hari dengan pakaian rapi dan wangi, aku pun masih tetap berselintasan bersama mereka, hanya saja yang membedakan aku sudah mengakhiri aktivitas harianku.

Kehidupan seperti itu bukan hanya baru satu atau dua hari aku jalani tapi sudah cukup lama hingga aku harus terjerambab kedalam kehidupan didunia tanpa kejelasan dan tujuan hakiki hidup pun tampaknya sedikit bergeser.

Sekali waktu terkadang datang pikiran aneh yang mengajak ku untuk terus berkhayal mengenai apa yang terlewat dan telah hilang dari kehidupan yang sebenarnya. Aku tidak lari dari siapapun, aku pun tidak mengejar suatu apapun, terdengar aneh memang, tapi itulah kehidupan yang sampai hari ini aku nikmati tanpa ada kekuatan dan kenikmatan yang pasti disitu. Walaupun pola hidup yang lama kelamaan semakin aneh ini semakin menyesakkan di dada tetap saja ku jalani.

Adakalanya aku coba merenung sembari menatap para manusia yang haus akan materi. Apakah yang mereka cari itu sama seperti aku dan juga kawan-kawan artistik lain cari? Apakah yang mereka berikan terhadap pekerjaannya itu sama seperti aku dan kawan-kawan artistik lain cari?

AH..... jangankan untuk mengetahui tujuan hidup orang lain, sedangkan mencari tahu tujuan hidup sendiri pun aku sudah lelah hingga kini tetap tidak jelas. Di saat tidur pun aku sudah sangat jarang sekali mendapatkan mimpi. Betapa sialnya sampai-sampai mimpi pun aku tidak diberikan kesempatan lagi. Padahal aku bekerja dituntut menggunakan dan mengandalkan imajinasi dan daya khayal. Diantara kawan-kawan yang dulu pernah bersama selama duduk di bangku sekolah mungkin hanya aku yang memiliki penampilan berbeda saat ini. Semua bukan karena disengaja ataupun diniatkan dari hati, hanya saja terjadinya tidak terduga tanpa ada penyesalan sedikitpun. Itu saja penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan kawan-kawan selama ini tidak ada yang sulit dan kesemuanya singkat dan simple tiada yang di luar akal sehat, kan?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BUKAN NYANYI BUKAN PUISI

bukan nyanyi bukan puisi
bukan prolog apalagi drama
suara tanpa bunyi
bunyi pun tanpa suara
bergerak tetap ditempat
ditempat serasa bergerak

kulit mulai mengendur
penglihatan meranjak rabun
pendengaran sayup menjauh
tulang-tulang sendi pun linu

mengulang suatu yang mustahil
melanjutkan juga terasa beban
mundur meratap rintang
maju kedepan ditatap lintang

muda telah terlewat
tua akan terus menerjang
mati jelas di genggam izrail
surga neraka semua gelap

maaf
dian ini telah padam bung.....

Minggu, Februari 24, 2008

BEST OF FRIEND

berikut ini lagu favorit tiap malem sampe pagi aku denger terus. Ya.., mungkin banyak dari kita taunya lagu Joan Baez waktu Sita RSD melantunkan DONA DONA di film Gie, tapi lagu yang satu ini luar biasa lebih menarik paling tidak buat kuping ku sendiri.
Tak tahu mengapa, sajak TEMAN yang dibawah langsung saja tertulis, tanpa dipikir lagi.


BEST OF FRIEND

We may not always be the best of lovers
But if you leave it to me I think I can see
We'll always be the best of friends

And one day when I am old and on the porch
With knittings around my knees you hear me say
Excuse me please,but aren't you the one
And wasn't it fun way back when

Or maybe in a year you'll reappear
And if that should come true
I'd throw my arms around you and watch you smile
Just for awhile once again

We may not always be the best of lovers
But if you leave it to me I think I can see
We'll always be the best of friends

La la la
The best of friends
La la la

(JOAN BAEZ)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

TEMAN

teman,
betapa beratnya deritamu
sedih aku mendengarnya

teman,
betapa sabarnya kau terima
tak sampai hati aku melihatnya

teman,
betapa betahnya aku tetap bertapa
sampai tak tau apalagi yang melandamu

teman,
betapa payahnya aku
hingga tak bisa merasakan itu

teman,
betapa pun aku kalah
kau tetaplah yang terbaik

(24 februari 2008)

Jumat, Februari 22, 2008

PENGALAMAN BIASA


Menyesal, sudah sangat lama sekali aku mengenal kata itu. Teringat saat-saat aku berusia 7 tahun dan aku sudah duduk di kelas 3 SD, Telah berapa banyak aku melakukan tindakan yang membuat orang disekitar jengkel atau menggerutu dengan bahasa kasar 'khas palembang' walau bukan suatu hal luar biasa untuk dipertontonkan dalam kalimat-kalimat klasik. Dari situ saya mulai mengenal kata-kata 'menyesal' hingga hari ini saya hanya mengenalnya lewat kata saja, tidak pernah ku coba untuk mendalami lagi apa arti dari kata menyesal. Alasannya sangatlah gampang ku buat, aku hanya tidak ingin memperdalam luka yang sudah koyak. Menyesal adalah suatu ilmu bagi kita untuk mengungkapkan atas apa yang sudah lewat, ini hanya dalam pengertianku saja karena aku tidak mengenal menyesal secara akrab, sehingga siapapun orang atau lawan akan sesegera mungkin menampakan rasa kasihan bahkan iba terhadap yang siapa berucap, hal itu yang membuat aku jijik.

Seringkali aku terbuai akan frame itu, sehingga tidak ada lah dalam perjalanan hidup ku ini menginginkan untuk mengulang apa yang sudah lewat. Aku rasa hanya percuma saja soalnya yang lewat itu sudah hilang, yang besok itu pasti akan terus datang membrondong secara beruntun. Tak ada yang spesial, luar biasa, apalagi sampai merasa amat sangat menggembirakan selama dalam perjalanan hidup ku ini semuanya berlalu biasa saja tak ada kenangan, bukan berarti aku tak pernah berkumpul dengan teman-teman lama.

Beberapa waktu kemarin sempat saya bertemu dengan teman lama, di blokM tepatnya, dua orang pria dan satu orang wanita. Kelihatan mereka sangat riuh membicarakan masa-masa SMU dulu, tapi aku hanya diam. Aku pun tak luput dari pembicaraan mereka, artinya aku ada kenangan yang dianggap waw bagi mereka, kan? Tapi aku, tak bisa mengungkapkan apa-apa tentang mereka, karena semua kuanggap biasa saja, bukan berarti aku tak bisa mengingat apa yang telah mereka perbuat dulu, ingatku masih jernih.

Tak pernah berharap jadi yang spesial, karena tak bisa memberikan sesuatu yang spesial itu lah aku. Tak pernah menjadi yang spesial, karena aku tidak pernah bisa menjadikan yang lain spesial bagi ku, itu lah aku. Tak pernah mau mengukir kisah yang spesial, apalagi mau mendongengkan kisah yang spesial, itu lah aku. Tidak ada pengalaman yang spesial dalam hidup, mulai dari sekolah SD,SLTP,SMU,DIPLOMA, kerja pun telah ku lalui di tiga tempat yang cukup lumayan dikenal orang, pertama di Dompet Sosial Insan Mulia sebagai tenaga disain cetak saja, yang kedua di Tabloid Wanita MonicA Palembang aku dijadikan Koordinator Artistik waktu itu, pernah sempat join di Harian Umum Sumatera Ekspress tapi hanya berlalu satu minggu saja, dan yang terakhir ini berada di Koran Seputar Indonesia, yang katanya koran Nomor DUA di Indonesia yang aku jalani sekarang aku berada disitu, ditambah lagi aku mendapat tugas baru yang lain dari tugas kawan-kawan lain, hanya saja kedepan aku tak tau akan berpindah kemana lagi. Yah..... tidak ada yang spesial sama sekali kan? Semua mengalir apa adanya, menatap lurus kedepan hanya cukup tengok kiri kanan saja, terus yang di belakang? Itu sudah lewat. Maka jelaslah sudah Aku lah orang yang tidak pernah merasakan spesial itu, Tapi aku tidak menyesal..........

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KESABARAN

saat semua dipaksa harus BERSABAR
berarti sudah terjadi KETIDAKADILAN disana

saat semua diharuskan tetap BERSABAR
berarti sudah ada peristiwa KEANEHAN disana

saat semua diingatkan untuk BERSABAR
berarti sudah ada tindak KESEWENANGAN disana

saat semua diajarkan berlaku BERSABAR
berarti sudah ada usaha PENINDASAN disana

saat semua sudah mencoba untuk BERSABAR
berarti PERGERAKAN akan segera dimulai

patahkan lehermu ke KIRI
SABAR adalah awal dari PEMBERONTAKAN

(06 februari 2008)


Kamis, Februari 21, 2008

HIKAYAT POHON BESAR

Sempat membaca sedikit profile dari salah satu teman 'maya' (yang belum tentu ia menganggap saya juga temannya), ada suatu keanehan aku menyebutnya, aku tidak banyak berharap ia membaca tulisan ini, karena ini hanya pandangan dari keegoisan belaka yang ku buat. Sekilas uraian secara subjektif; Mungkin disaat ini ia sedang sedih atau malah bisa lebih dikatakan pilu karena telah lepas dari kekasihnya terdahulu, tapi ia tetap masih mengharapkannya untuk bisa kembali lagi sebagaimana ia pernah merasa bersama dulu. Aku berasumsi bahwa ia telah melewati saat-saat atau masa-masa yang indah dan membahagiakannya mungkin, hingga tak bisa lepas dari bayang-bayang suka dan sendu mantan kekasihnya tersebut.

Sepertinya amat menyakitkan baginya, sampai-sampai ia tetap merasa dirinya dibawah dengan terus meminta walau tidak secara direct hanya kata-kata kiasan yang dibuat agar suatu saat bekas kekasihnya dapat melihat apa akibat dari perbuatannya. Malang benar nasibnya, yang aku tahu kalau ia berjenis kelamin wanita, tapi itu bukan suatu alasan baginya untuk mengalah hingga terus mendera sampai berpeluh-peluh air mata.

Bah.... ini merupakan satu lagi pelajaran buat ku sendiri, apakah aku akan menjadi seperti mantan kekasih sang gadis nantinya hingga dengan begitu aku bisa mendapatkan kepuasan mendapatkan julukan 'penakluk wanita'. Buruk benar citra seorang pria kalau begitu. Pelajaran ini akan aku simpan rapat-rapat hingga suatu saat aku akan perlu membukanya lagi.

Dengan demikian tepatlah keputusan ku untuk tetap bertahan dengan kesendirian sampai suatu saat nanti yang aku pun tak mengetahuinya, tidak akan merasa risih atau pun gelisah walau tanpa wanita saat ini. Sebagai bentuk interest ku akan legenda yang telah diukir teman 'maya' ku itu, sebuah sajak ringan untuknya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

POHON PEMBAWA DUKA
(untuk dia yang menanti)

hujan telah berhenti
langit pun sudah cerah kembali
sudahlah, segera lipat payung jingga mu
pelangi akan lebih indah bersama awan
apa kau tak merasa malu
mentari terbahak melalui pancaran itu
ya...
ia akan terus terkekeh menertawai mu
bangunlah rumah dari rumput hijau
jangan kau toleh lagi pohon besar itu
aku tahu...
hikayat pohon besar pembawa harap palsu
pohon itu lah yang sedari tadi melindungi mu
tapi ia kan tak memberimu kedamaian firdaus
kau pun dirasakan sama olehnya
malah saqor membara yang ia rasa darimu
apalagi yang kau harap darinya
toh... kau tak bisa memilikinya
aku hanya berharap bisa melipat payung jinggamu
dan tegas berlari menjauhi pohon besar itu

(21 februari 2008)

SAJAK KHAYAL


SAJAK KHAYAL

pernah sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak indah untukmu
walau terus ku cari dibalik cahaya sinar lampu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah juga sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak spesial untukmu
sampai harus ku cari kesemua penjual kerabu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah yang paling parah dalam khayalku
kau datang menagih semua sajak-sajak itu
keblingsatan aku harus mencari ditiap toko buku
sayangnya tetap tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

(19 februari 2008)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SAJAK KHAYAL [2]

dia tak pernah di undang kesini
tapi mengapa dia harus datang
selalu mengusik dengan bisikan
merinding rasanya

dia seakan ingin mengisi hari-hari
tapi tak tau apa yang diingininya
selalu mengharapkan ku nanti
dingin ungkapnya

dia singgah di tiap dingin malam
tapi tak pernah ku tentang maunya
selalu saja jangkrik jadi alasan klasik
cobalah ingatnya

dia tetap saja termangu di sudut tembok
tapi tak tampak kwan im disitu
selalu menatap bulat bulan purnama
mulai hangat katanya

dia mencoba memalingkan kearah jam
tapi hampir tak kuindahkan
selalu membuat butiran tetes di mata
hilang lah ia selamanya

Selasa, Februari 19, 2008

TANGGAL MERAH PUTIH

Seperti kebanyakan orang di negara-negara berkembang lainnya, menanamkan rasa kebanggaan dan kecintaan akan segala sesuatu yang dihasilkan sendiri menjadi mutlak adanya. Walaupun terkadang ada saja batu sandungan dalam berbagai bentuk protes mewujudkan penolakan akan apa yang dihasilkan tersebut. Memang sudah banyak program-program berjangka telah diterbitkan pemerintah, sampai-sampai untuk mempertegasnya selalu saja dibubuhi dengan kata sakti (NASIONAL) ditiap ujung kalimat program tersebut.

Kesemuanya itu mengingatkan saya akan gerakan yang dicanangkan pada saat saya masih duduk di bangku SMU dulu, SUSAN namanya, singkatan dari SUMATERA SELATAN ANTI NARKOBA, gerakan yang dimotori oleh kapolda sumsel waktu itu bertujuan memberantas peredaran narkotika di lingkungan pelajar dengan alasan telah banyak berkeliaran anak-anak muda pengguna narkotika di Indonesia terutama daerah sumsel. Dengan berbagai macam cara semua unsur pimpinan di dalam tubuh kepolisian itu menggerakkan semua anak buahnya menggelar aksi damai untuk mengikuti perintah atasannya.

Saya sering kali mengenang akan indahnya proses penanganan yang lakukan dari pihak kepolisian, banyaknya penyuluhan mengenai bahaya narkotika diadakan baik dalam bentuk seminar atau pemutaran film mengenai bahaya narkotika, saat itu film yang paling terkenal judulnya Ratu Extasi yang tak tahu siapa bintangnya. Sayang sekali memang gaungnya gerakan itu tidak bertahan lama sampai-sampai hilangnya pun tidak ada yang merasakan.

Baru-baru ini saya membaca di salah satu website yang juga menerbitkan salah satu media cetak cukup terkenal diantara para jurnalis, dan juga sudah banyak menelorkan jurnalis-jurnalis handal di bidang sastra dengan tulisan-tulisan panjangnya, bahwa suatu ketika pernah ada di tetapkannya hari blogger nasional oleh menkominfo, waktu itu kalau tidak salah M Nuh, dan 27 Oktober adalah tanggal yang ditetapkan karena berkesesuaian dengan tanggal diadakannya diskusi mengenai blogger se-Indonesia.

Saya coba untuk menindak secara positif dari keputusan yang ditetapkan pemerintah kita walau tanpa SK jelas ditandatangani siapa. Paling tidak penghargaan minimal bagi pemerintah kita ialah sudah mulai membuka mata sipitnya untuk mengikuti perkembangan masyarakatnya di bidang pengetahuan dan teknologi. Walaupun ada sedikit protes dibenak yang saya kesampingkan dulu, agak aneh rasanya seorang pejabat tinggi di pemerintahan secara gampangan mengeluarkan statement kontroverisal mengenai penetapan hari-hari berskala nasional.

Sejenak mulai otak ini berpikir akan keanehan-keanehan kelakuan pemerintah kita, coba bayangkan sudah berapa banyak pemerintah kita menetapkan hari-hari dalam kalender merupakan hari bersejarah hingga harus menasionalkan hari itu. Sebagai contoh pernah dulu ada GDN (Gerakan Disiplin Nasional), Hari Anti Narkoba, Hari Anak Nasional, Hari Pers Nasional, Hari Kartini, hingga hari berkabung nasional pun pernah ditetapkan juga, mungkin diantara banyak kita sendiri juga tidak mengerti apa maksudnya dan mengapa hari itu bisa dijadikan sebagai hari nasional oleh pemerintah, ataukah saja karena di hari-hari itu telah terjadi suatu kejadian yang menggemparkan rakyat Indonesia dalam skala nasional, jangan-jangan penyakit flu burung dan musibah lumpur lapindo bahkan banjir Jakarta yang katanya tahunan itu pun tak luput dari incaran pemerintah kita untuk dijadikan momen bersejarah dan diguratkan melaui goresan pena di dalam buku merahnya sebagai hari nasional.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SAJAK KHAYAL

pernah sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak indah untukmu
walau terus ku cari dibalik cahaya sinar lampu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah juga sekali waktu dalam khayalku
aku ingin menuliskan sajak spesial untukmu
sampai harus ku cari kesemua penjual kerabu
tetap saja tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

pernah yang paling parah dalam khayalku
kau datang menagih semua sajak-sajak itu
keblingsatan aku harus mencari ditiap toko buku
sayangnya tetap tak ada satu kata pun bisa aku tuliskan

(19 februari 2008)

Senin, Februari 18, 2008

TIBA-TIBA


TIBA-TIBA

tak pernah tahu kapan ia akan datang
sesaat tersadar, ternyata ia telah hadir
tak pernah mengira ia akan menghampiri
sampai tak tahu dari mana ia muncul

berharap mengatasnamakan hati
terus mengendalikan sayap-sayapnya
melalui sayap kasihnya ia membelai indah
melalui sayap sayangnya ia terus mengelus rasa

setelah ia hadir semua akan terasa indah
walau tahu itu tak akan kekal
namun racunnya telah menjalar
mengigaukan kata penuh gairah

tak sampai hati menolak keindahan itu

(18 februari 2008)

KEBOSANAN

Rutinitas keseharian yang melelahkan tanpa disadar setiap hari tampak semakin menjebak, hingga membuat tak bisa berfikir selain dari aktivitas yang telah dan akan dilakukan hari ini, kemarin, bahkan esok nanti. Kebosanan sering kali mengeluarkan suara-suara gaib untuk dengan sesegera mungkin terus mengajak agar keluar dari jebakan yang telah ada. Walaupun secara waktu dan tempat semua itu tidak mungkin terjadi bukan karena kebodohan personal, tapi penyebab utamanya adalah sebagian besar mahluk telah mendapat peranan menjadi salah satu lakon di tiap proses sistem yang terlewat dan juga siap-siap menunggu dengan tatapan kosong menjelang proses dari sistem baru lagi, kesemuanya telah mutlak.

BOSAN

hari ini alam terasa hampa tanpa bunyi
tak satu pun mengeluarkan suara tari
biasanya, ada pekik pembuka di rumah ini
riuh gelak tawa bocah di pagi hari

kini semua sepi... sunyi...

seperti sudah tuli telinga ini
tak henti-hentinya lelah terus datang merintih
walau masih selaras bersama pungi-pungi
tetap saja perpikir sudah tak layak lagi

kini semua sepi... sunyi...

yang ku tahu semua tidak mati
hanya saja tak tahu menahu kemana semua pergi
apakah mereka habis digerogoti si pusi
ataukah telah hilang di telan bumi

ah... itu bukan urusan ku lagi

biarkan lah mereka lari dari sini
terpejam mungkin yang terbaik kujalani
keindahan mimpi!
sampai jumpa lagi!
aku ingin sendiri di bumi

(18 februari 2008)

Kamis, Februari 14, 2008

KASIH SAYANG

Semenjak dilahirkan hingga mungkin akhir hayat nanti, kita tidak akan pernah sekalipun terlepas dari namanya pelajaran yang amat berharga mengenai persoalan hidup menghadapi kematian, salah satu diantaranya mengenai materi kasih dan sayang, yang secara tutur sangat jarang sekali kata tersebut terpecah, selalu menyatu ibarat dua lobang hidung penghisap oksigen bebas. Walaupun materi tersebut tidak pernah ada di dalam salah satu mata kuliah wajib di kampus, namun secara manusiawi semua umat Adam akan mencoba menggunakan metode langsung maupun tidak langsung selalu mencari dan akan terus menerus mencari bagaimana hal itu bisa menjadi satu bidang ilmu wajib dipelajari di luar bangku kuliah.

Mungkin sampai dengan hari ini sudah banyak diantara kita semua yang hadir mengisi sesak permukaan bumi hingga kita patut di sebut sebagai mahluk berakal dan berhak atas tugas berat menjadi khalifah dimuka bumi dengan mengagung-agungkan bahkan belajar banyak dari ayah bunda yang selanjutnya akan dijadikan contoh suri tauladan mengenai persoalan kasih sayang ini. Memang benar, dosen berkepala botak dan mengkilap dengan muka masam penuh kegarangan akan ilmu yang dipahaminya tidak pernah mengerti apalagi mengajari mahasiswa maupun anak didik privatnya menyangkut persoalan itu.

Namun kalau diperhatikan lagi, sepertinya hal tersebut bukan lah salah dari bunda mengandung apalagi salah dari sang bapak yang lupa pakai sarung, tapi kesalahan ini sangat telak akan dijatuhkan kepada isi kepala si individu yang hidup layaknya seekor parasit diatas perut ikan hiu, terkadang membuat bingung sebutan apa yang pantas dijatuhkan; salah kaprah atau malah salah asuhankah sebutan yang pantas bagi mereka yang melakukan pembelajaran itu secara sendiri tanpa adanya satu batasan moral dan akidah jelas.

Sering kali pembelajaran itu hanya sebatas petualangan tanpa batas bagi borok-borok keluarga terhormat dari golongan ningrat yangmana tidak akan senang disebut keturunan dari primata tanpa busana yang kesehariannya berjalan menggelantungkan nafsu syahwat diujung keperkasaan minat. Tapi apa bedanya bagi mereka apabila hanya menggali ilmu itu dari satu tahapan yang tak lazim disingkap dengan kata-kata baku penuh makna.

Dengan ditetapkannya secara de facto maupun de jure bahwasannya minggu kedua di bulan kedua setiap tahunnya adalah hari kasih dan sayang sedunia, akan lebih memperkeruh lagi persoalan kasih sayang ini. Yang demikian inilah akan menjadikan halalnya suatu perbuatan tabu masa lampau untuk diulangi lagi oleh para pencinta mahluk berparas molek.

Tidak tahu siapa yang menetapkan hari itu adalah hari awalnya atau lahirnya atau malah hari hancurnya kasih sayang, walaupun sudah banyak versi cerita dari congor-congor tak bertanggung jawab melafazkan ihwal lahirnya hari-hari indah katanya.

Sebagian kita tidak akan menolak apabila diberikan suatu cerita mengenai manisnya percintaan antara romeo dan juliet, indahnya romi dan yuli dalam berpelukan, bahkan bagaimana usaha bagi pangki suwito menalukkan yati octavia hingga harus berebut wanita dengan pacarnya kala itu.

Apakah pernah kita memperhatikan lagi bahwa kasih-sayang dan cinta itu tidak lah indah, melainkan hanya permainan alam saja, bukan semata-mata kesemuanya hadir saat dua insan saling mengikat janji, hingga menghilangkan kalau ada alasan ketiga menyertainya.

Fenomena ini tidak akan putus sampai disini, tapi ini akan terus berlanjut dan terus berkembang hingga bumi ini terbelah dan terpecah-pecah menjadi keping-kepingan menyilaukan mata. Hingga pernah suatu ketika Embah ku berkata hadapi yang didepanmu dengan kucuran air mata bukan dengan kerasnya engkau terbahak.

Atas nama keluarga besar djoko soetrisno bin soepardjan mengucapkan
'selamat hari valentine 14 februari 2008, semoga saja di hari ini kita semua semakin bisa mengerti apa arti dari kasih dan sayang secara sebenar-benarnya'

Selasa, Februari 12, 2008

BURUH

Kalau kita sedikit mengingat apa yang pernah dikatakan oleh guru-guru ataupun dosen-dosen pada waktu mengikuti matakuliahnya, mereka selalu mengajarkan bagaimana cara kita untuk tetep serius memperhatikan kuliah yang diberikannya dengan sedikit diembel-embeli bumbu penyedap, bahawasannya materi yang diberikannya itu akan sangat berguna dan bermanfaat sekali bagi para mahasiswa atau pelajar nantinya setelah lulus atau wisuda.

Dari sini akan ada dua sikap yang berbeda menanggapi fatwa dari sang kamus berjalan menyangkut pernyataannya, yang pertama; kelompok mahasiswa dengan keyakinan tinggi berasumsi bahwa nilai tinggi berserta ilmu yang banyak akan menyelamatkannya dari jurang kenistaan di mata masyarakat dengan disebut 'pengangguran', mereka beranggapan bahwa lapangan kerja semakin menipis maka akan terjadi persaingan besar-besaran di tingkat sarjana, memang anggapan itu tidaklah salah apalagi saat ini telah dinyatakan juga oleh pemerintah mengenai beban negara semakin bertambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran di negara ini. Namun di lain pihak kelompok mahasiswa yang kedua; dengan keyakinan tinggi pula berasumsi bahwa nilai setinggi langit serta ilmu pengetahuan seluas jagat raya bukan semata-mata syarat baginya untuk lepas dari julukan pengangguran, karena mereka beranggapan hanya nasib sajalah yang menentukan hidupnya.

Kedua pendapat diatas walaupun berseberangan bisa kita jadikan sebagai acuan mengenai persoalan yang telah lama melilit usus besar kita. Dengan bersusah payah mereka bisa lulus dan keluar dari dunia maya, pendidikan yang penuh dengan andai-andai dan apabila itu.

Setelah semuanya terjun ke dunia sebenarnya, tidak lain yang diincar pertama kali adalah menjadi seorang buruh. Tergantung pilihan kadang, ada yang mau menjadi buruh kasar dengan penuh keringat dan tetesan darah agar bisa memenuhi kebutuhan perut buncitnya. Namun tidak sedikit dari kita mempunyai angan-angan walaupun menjadi buruh, jadilah buruh yang berseragam atau buruh yang berada di bawah bendera kebesaran perusahaan dan dan ujung-ujungnya bisa dengan santai tanpa harus bekerja dengan otot apalagi harus mengerutkan dahi untuk berfikir keras semua kebutuhan perut dan syahwatnya bisa terpuaskan.

Itu semua hanya angan-angan belaka yang pada akhirnya kita semua akan dihadapkan pada sebuah kehidupan nyata bahwa selain kita juga masih banyak manusia dengan otak dan imajinasi yang sama mempunyai keinginan seperti itu. Mau tidak mau juga kita akan tetap harus melewati perlintasan jalan di antara 11,6 juta jiwa yang 60% diantaranya adalah golongan angkatan muda produktif kerja.

Namun pilihan tetap pilihan. Silahkan ambil nomor undian mu. Tunggu saat dia datang.
====================================================================

JUBAH HITAM

selamat datang prajurit muda
lautan ini masih menantimu
tak ada fatwa dikertas bergaris
hanya angin saja menusuk perut

naiklah keatas kapal
terus dayung sampai tengah
perhatikan arah gerakmu
ombak akan terus mengepal

jangan menoleh kebelakang
tanggalkan jubah hitam itu
biarkan ia tenggelam
bersama mimpi indah mu
(12 februari 2008)

Minggu, Februari 10, 2008

PELAJARAN DEMOKRASI [2]

2008 merupakan tahun yang cukup berat bagi para punggawa berbagai perkumpulan dan perserikatan di tanah air tercinta, kesemuanya itu tetap menjadi pelakon-pelakon sandiwara pembangkit harapan seperti yang sudah-sudah, dan itu juga memang sudah menjadi kebiasaan aktor-aktor sebagaimana telah dilakukan para pendahulunya sebelum diadakannya suatu pertunjukan akbar dengan title pesta rakyat untuk rakyat. Rata-rata sebagian besar dan hampir dikatakan seluruhnya dari mereka itu memerankan berbagai macam peran, ada yang memerankan sebagai lakon antagonis, protagonis, baik ia sebagai tokoh utama ataupun figuran yang notabene hanya dijadikan pelengkap sebuah drama percintaan antara pengidola dengan sosok yang bakal diidolakan.

Memang tidak semua penghuni wilayah bangsa yang penuh ramah tamah ini ikut antusias menyambut datangnya hari besar itu, bukan karena mereka tidak tahu akan datangnya suatu acara yang menjadi titik tolak awalan kalender baru bagi sistem penataan harapan-harapan mereka. Hanya saja mereka tetap larut dalam rutinitas keseharian dengan mencangkul di tanah-tanah kering, merumput di semak-semak belukar, bahkan tidak sedikit dari mereka masih sibuk melemparkan kailnya ke arah drainase yang indah baginya.

Bagi kita bangsa yang majemuk, mulai dari kaum-kaum yang berdasi hingga kaum-kaum yang hanya menutup alat kelaminnya menggunakan sebatang kayu sebagai penutup alat kebanggaannya itu, terkadang lebih senang untuk menunggu datangnya hujan atau kemarau saja. Bahkan di sisi lain kita lebih senang menunggu datangnya idul fitri, natal, tahun baru galungan, shincia bahkan ada yang dengan bangga menyempatkan waktu untuk menunggui istri teman melahirkan.

Sampai-sampai tidak sekalipun terbersit di alam bawah sadar para pemegang amanat penjaga bumi ini untuk mengerti peristiwa besar apa yang akan terjadi nantinya. Yang mana di bagian bumi lain banyak sudah bergentayangan mahluk-mahluk tuhan penuh visi dan misi menawarkan diri untuk menjadi tokoh utama sandiwara yang akan dipertunjukan pada hari itu.

Gambaran-gambaran itu bagaikan mimpi buruk teruntuk setiap manusia yang berada dalam barisan pasukan tentara tanpa senjata. Tapi mereka tetap dengan berani mengibarkan bendera perdamaian bercorak indah dan warna-warni di depan pekarangan istananya supaya menarik perhatian para penikmat kehidupan keras tersebut. Hanya saja tidak semua dari penonton menyukai gulali, banyak dari mereka sudah tidak peduli lagi dengan rasa manis, asam, pahit apalagi getirnya rasa gula-gula yang ditawarkan itu.

Bagi sang sutradara itu bukan hal yang sulit diatasi karena ia tidak pernah kehabisan akal. Karena pengalamannya yang sudah setinggi gunung, melalui muslihat ia akan selalu bersemangat untuk membuat inovasi dan terobosan baru agar para penonton nantinya mau berduyun-duyun menyaksikan, bahkan ikut ambil bagian didalam pertunjukan yang akan digelarnya itu, dan harapan akhir sang sutradara itu bagaimana membuat pirsawannya berdecak kagum terus hingga membuat buah bibir yang indah.

Pelajaran dua sisi mata pisau inilah yang hingga kini tidak pernah terselesaikan, dan ini merupakan pekerjaan rumah untuk pahlawan tanpa tanda jasa layaknya umar bakre melalui tas kulit buayanya itu. Karena hanya mereka saja lah yang mampu menjelaskan apa arti tajam dan apa arti tumpul. Bukan para aktor-aktor pemakai topeng dengan sikap religinya itu, sebab mereka lah yang tajam itu atau malah mereka lah yang tumpul itu. Kalaupun sosok umar bakre juga bingung untuk mengajarkan putih ia bisa mengajarkan yang hitam, kalaupun itu juga tetap masih tidak bisa ia ajarkan. Biarkan lah tuyul-tuyul ini belajar dari gadis kerudung merah dengan ajaran teatrikal penuh api, bila perlu biarkanlah mereka kursus bersama peri cantik dengan ajaran ahimsa-nya.

Semoga saja demokrasi tetap menjadi pedoman agung dimata kita semua, dan semoga saja azab menyertai mereka yang telah membutakan mata demokrasi dengan bulu meraknya.

Kamis, Februari 07, 2008

SALAH SIAPA

SALAH SIAPA

bocah itu lah yang dulu sering bermain di pekarangan ku
aku masih ingat betul tatapan bola matanya
tak ada keraguan setiap mengejar lala
memang sekali waktu pernah ia membuatku kesal
walau jarang ia menangis meminta balon

tapi apa yang terjadi dengan dia sekarang
hari ini ia duduk termangu menerawang jauh
dibawah pohon belimbing yang hampir roboh itu
sampai-sampai ia lupa air matanya berlinang

ya robbi ya mustofa... saru aku dibuatnya
tak mengira akan secepat itu
aku kehilangan keceriaannya

apa telah habis masa belianya
hingga terpaksa ia harus hidup sendiri
ibunya telah pergi jauh, bapaknya pun demikian
panas dada ini menyaksikan ketidakadilan
sampai hati ia dibuat begitu

bukan.... bukan....
bukan salah ibunya tak mau mengasuh
bapaknya saja seorang petani hebat
kakeknya pun pernah menjadi tentara handal
keluarganya tak pernah mengeluh soal dana

apakah alam sudah bosan melihat keceriaan
salah siapa..... siapa yang salah.....
walau aku tahu alam tak akan membuat kesalahan
lalu salah siapa ini? siapa yang mau bertanggung jawab

Rabu, Februari 06, 2008

PESAN

PESAN DIAM

tetaplah duduk di bangku itu
makan saja apa yang dihadapan mu
berlakulah seolah seonggok batu
tidak ada seorang pun tahu
kau hanya boneka salju
usah kau tampakan kedinginan mu
biarkan waktu membantu mu membeku
jangan sampai mereka tahu kau telah biru
sampai akhirnya
dengan lantang kita berseru
satu ibu satu peluru

AKU TERIMA

AKU TERIMA

seperti biasa...
sama seperti malam-malam kemarin
semua datang lalu diam
tanpa prakata tanpa bahasa
tak ada satu kata mukadimah
yang harus di ucap

seperti biasa...
sama persis malam-malam kemarin
semua duduk lalu diam
tanpa basa-basi tanpa tegur sapa
tak ada satu kata pembuka
yang harus di nyatakan

seperti biasa...
sama layaknya malam-malam kemarin
semua selesai lalu berlalu
tanpa ucap pamit tanpa ucap salam
tak ada satu kata penutup
yang ditampakkan

seperti biasa...
sama seperti malam ini,
kemarin, besok, dan mungkin lusa nanti
semua hanya bisa tersenyum masam
menerima harapan palsu

seperti biasa...
besok aku tunggu lagi hari ini
penuh pengharapan hampa

(6 februari 2008)


Senin, Februari 04, 2008

HANTARAN

HANTARAN

stop...
jangan kemari sayang
hari ini aku lelah
cukup kau henti disitu
biarlah aku saja yang kesana

apa itu yang kau bawa
sampai-sampai wajahmu berseri
tanpa guratan bak merak merah

stop...
jangan tersenyum seperti itu
tak sanggup aku menapakinya
berlari pun aku sudah lelah
biarlah aku saja yang kesana

stop...
jangan kemari sayang
biarlah hujan ini reda dulu
pohon itu hampir roboh
biarlah aku saja yang kesana

Sabtu, Februari 02, 2008

WANITA


KESABARAN

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak berbicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah ! tidak jadi apa-apa !
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli
Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpecing mata
Menunggu reda yang mesti tiba

(chairil anwar, April 1943)


Hari ini sudah sering kali handphone ku berbunyi, ada yang sekadar iseng miscall hingga yang memang benar-benar menelpon, ada juga sms dari penyedia layanan jaringan selular dengan menawarkan promonya. Diantara sekian banyak sms hadir di handphone ku yang tua dan usang ini, ternyata masih ada sms yang cukup menarik hingga membuatku harus sedikit memberikan perhatian terhadap isinya.

Maaf, aku tidak bisa menuliskan isi sms itu, aku kira cukup aku dan si dia saja yang mengetahuinya, ya... sms dari wanita bahkan dua wanita yang mengirimkan sms dengan nada sama, klasik lah kalau boleh aku menilainya. Intinya mereka menanyakan soal kabar, apa kegiatan sekarang, udah makan belum, udah mandi belum, udah salat belum. Bah..... muak aku melihatnya, padahal aku sendiri belum pernah mengirimkan sms dengan nada seperti itu. Apakah ini inisiatif dari mereka hingga harus menanyakan hal-hal yang aku nilai itu privasi buat ku untuk menjawabnya. Apalagi diakhir smsnya juga dibubuhi dengan kata-kata yang manis, tambah mual aku membacanya.

Mau di bilang sayang, mau di bilang perhatian, atau mau minta dibilang romantis? Melalui tulisan ini aku tegaskan bahwa aku bukan laki-laki yang romantis, perhatian apalagi penyayang. Aku hanya lelaki sangar dan garang terhadap kaum wanita, namun ini bukan berarti aku memiliki penyakit penyimpangan seksual. Aku hanya ingin berjalan sendiri tanpa diganggu oleh kata-kata manis dan manja dari wanita. Itu saja... tidak ada yang rumit aku kira.

Yah, ini mungkin buah dari kesalahan ku kemarin-kemarin. Sebagaimana kebiasaan ku sebelum-sebelumnya aku sangat anti miscall apalagi di miscall, aku merasa itu sangat mengganggu sekali. Di tambah lagi yang miscall sendiri aku tidak tahu orangnya.
Ternyata memang benar kalau wanita itu pengganggu tidur, penggelitik telinga sedang istirahat, pembuka kunci bibir dari kata-kata kotor.

Yang sampai hari ini tidak aku ketahui apakah mereka sadar kalau aku terganggu, aku sangat terganggu sekali akan kata-kata manja mereka, dengan maksud agar aku telpon balik. Padahal aku merasa aku tidak memberikan perhatian khusus terhadap mereka, apalagi memberikan harapan-harapan dengan kata-kata goblok; cinta, sayang, rindu, kecup, cium atau apalah sejenis itu. Yang aku lakukan hanya mengimbangi mereka supaya jangan boring saja, tapi mereka selalu membalas dengan kata-kata yang serius yang membuat aku harus bangkit dari istirahat rutin. Untuk itu aku coba buat sajak, siapa tau diantara mereka atau anda yang membaca akan tahu siapa aku:

BIARKAN

pujian,
sanjungan,
manis
mengiris

sangat sadis aku menolak itu
tak ada keceriaannya disitu
hanya kedukaan yang terus mengerak sendu
makin lama melesak sesak ke paru-paru

selalu berkata rindu
tak pernah lepas dari syahdu
mendayu dan terus mendayu

aku bukan itu

sinta,
aku hanya pemburu
bukan pencumbu

vina,
penat aku dibuat melinu
hampir pecah otak ku

termangu, menunggu,
tinggalkan lah aku
sendiri berlalu
berdiri diatas abu abu

yah.... akhirnya aku harus berhenti sejenak karena aku belum siap menerima itu semua, cinta hanya rasa bukan berarti harus tidur bersama... Maaf kan aku sobat aku belum bisa menggapai cintamu, akankah kau sabar sebagaimana sajak chairil anwar dibawah ini:

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Maret 1943)

Jumat, Februari 01, 2008

JANGAN KASIHANI AKU


DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

(chairil anwar, 13 November 1943)

Sepertinya sudah beberapa bulan ini aku merasa jiwa ku kosong, didalam kesendirian ini baru lah terasa kalau kehidupan dialam nyata cukup menyesakkan dada, apalagi belum bisa kutemui kawan yang cocok untuk ku bertukar pikiran, sebagian besar sudah banyak larut akan aktivitasnya yang aku nilai itu memuakan.

Apakah ini rasanya hidup sendiri, tanpa tujuan, tanpa kawan, tanpa ada yang melawan dan juga yang harus dilawan. Hanya geliat dalam pikiran saja yang membuatku kecewa akan pilihan ku untuk hidup sendiri tanpa ada yang mengganggu. Ku coba merubah dari pola hidup ketergantungan ku terhadap kawan dan keluarga, ku coba hidup sendiri dengan mengeliminir segala bentuk bala bantuan berbagai pihak, yang aku rasa itu akan menjadikan orang akan selalu ketergantungan terhadap bantuan.

TUHAN
Tiap agama punya tuhan
Silahkan pilih tuhan mu
Sesuai dengan keyakinan mu
yang ditanamkan bapak mu
itu pun bukan kesalahan bapak mu
Ia hanya meneruskan kebiasaan
dari bapak-bapak mu
terima lah ia apa pun kondisi mu
Jangan malu untuk bertemu
Tuhan.........

Sebagaimana telah ku buat sajak kekecewaan ku terhadap hidup, tapi aku bukan orang cengeng yang meratapi nasib hingga aku harus mati di hujam atau ditikam pedang kesedihan, apalagi harus menghilangkan nyawa dengan terjun kedalam lautan airmata kekecewaan.
Sudah berapa banyak kawan-kawan ku mengakhiri masa lajangnya di tahun ini. Ah... itu bukan persoalan yang berat, namun sesekali selentingan kecil dari suara-suara tanpa kata membisikan di telinga yang mengajak untuk mempelajari apa arti pernikahan dan perkawinan? apakah hidup habis cerita di perkawinan sahaja? apakah membujang itu buruk? bagaimana nasib orang-orang seperti ku ini nantinya?

Ahhhhhhhh........Ah..........................
pusing aku dibuatnya, pertanyaan-pertanyaan itu selalu datang menghantui ku setiap hari, sampai-sampai aku pun malu memejamkan mata, takut-takut ia datang kembali dengan membawa pertanyaan-pertanyaan yang sama. Biarkanlah aku tetap terjaga setiap malamnya sampai lebam dan bengkak kedua kelopak mataku ini. Aku belum siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu. Ingat... karena aku pemberontak, aku orang yang cukup ceria, aku orang yang penuh dengan goyanan nakal, aku orang yang hidup penuh keriangan, aku sangat menikmati kesendirian dengan sebatang rokok, aku orang yang cukup ditemani secangkir kopi pahit, bukan pujangga cinta yang selalu dikerubuti wanita-wanita tanpa busana akal moral.

Biarkan lah aku tinggal dengan kebingungan ku, biarkanlah aku tetap abu-abu bukan hitam apalagi putih, jangan kalian tambahi lagi beban di pundak ku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama.........(JANGAN KASIHANI AKU)